Jumat, 29 Juni 2012

OPINI


Sepak Bola: Mirror Kerumunan Integrasi Prematur
Oleh : Sampean
Pesona rumput hijau dan si kulit bundar menyedot pehatian para masyarakat dunia itulah sepak Bola yang menjadi Olah Raga yang paling Favorit dunia. Sebab, Sepak bola menyuguhkan sebuah keindahan dan persatuan yang di tampilkan oleh para gladiator lapangan. Para gladiator selalu menampilkan permainan yang apik dengan pertarungan Taktik, strategik, skill individu, dan kekompakan untuk menjadi yang terbaik di lapangan Hijau. Selain itu, penikmat Sepak Bola bukan hanya di kalangan tertentu tapi semua kalangan baik dari anak-anak, orang tua maupun kalangan perempuan dan  Sepak Bola merupakan olahraga yang paling terjangkau, sebab sepak bola bisa menjadi Olahraga yang paling murah sekaligus Olahraga yang paling Elit hingga harus menelan biaya triliunan dolar untuk menyelenggarakan perhelatannya.
Perhelatan sepak bola memiliki tingkatan-tingkatan tertentu dengan berbagai macam Turnamen dan  pertandingan sesuai  dengan peraturan FIFA. Kompitisi sepak bola secara umum memiliki dua bentuk yaitu pertandingan berdasarkan klup dan Negara. Akan tetapi, perhelatan yang paling menyedot  perhatian publik adalah Perhelatan Piala Dunia, EURO, dan Liga Champions dan Pertandingan dalam antar Regional.
Tapi satu hal yang tidak bisa di nafikan dalam sepak bola adalah para penonton sebagai pemain kedua dari sepak Bola. Sebab, Sepak Bola sangat di tentukan oleh Eksistensi dari para penonton dan penggemarnya. Para penonton juga turut menentukan atas suksesnya sebuah pertandingan selain itu penonton menambah spirit para gladiator lapangan semakin bertambah karena para penonton memberikan nilai lebih terhadap pemain. Walaupun demikian, para penonton dengan kata lain para penggemar bola sering terjebak pada sebuah fanatisme terhadap klub atau negara tertentu sehingga bisa menjadi pemantik sebuah konflik sebab sulit menerima kekalahan dan rasis terhadap pemain lawan. Namun satu hal juga tidak bisa di pungkiri adalah Sepak bola menjadi sebuah alat pemersatu dan semangat patriotisme untuk menjalin silaturahmi antar penggemar yang memicu hubungan persahabatan dan kekeluargaan.
Untuk menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola memiliki dua macam tipologi yaitu menonton secara langsung di stadion dan menyaksikan pertandingan lewat siarang langsung di stasiun TV. Di ruang-ruang seperti ini menciptakan ruang relasional yang pasif dan kesemuan identitas. Sebab dalam menyaksikan sebuah perhelatan pertandingan secara langsung kita hanya di arahkan pada suatu tujuan menyaksikan klub idola kita saat bertanding untuk meratapi kebahagiaan dan kesedihan yang terjadi di lapangan.
Ruang relasional itu hanya bersifat temporal. Tapi satu hal yang paling menyedot perhatian dalam lingkup sekop luas masyarakat yang tidak memiliki keterkaitan dan kesamaan terhadap sebuah tim Para penggemar berlomba-lomba untuk menyaksikan sebuah pertandingan dengan berbagai cara pertama, nonton bareng bersama keluarga, teman dan lain-lain di rumah sendiri, kedua, nonton bareng di tempat-tempat tertentu. Realitas seperti ini mengundang sebuah tanda tanya dari setiap kerumunan nonton bareng sepak bola sebab apakah mereka bagian dari di tim itu atau mereka sesuatu yang berjarak antara tim sepak bola dan penggemarnya yang tidak memiliki keterkaitan apa-apa terhadap tim itu. Selain itu simbolitas identitas sangat mewarnai sebuah perhelatan dengan menyusaikan karakteristik sebuah tim idola. Hal itu bisa kita saksikan pada perhelatan Euro 2012 saat ini dan pertandingan-pertandingan sepak bola yang lain sebuah penciptaan ruang sosial yang unik.
Para pencinta bola bisa di kategorikan dengan berbagai modeling yaitu,  pertama, penikmat bola yang berprofesi sebagai pemain Bola. Sebab olaharaga sepak bola sudah menjadi hobinya. Kedua pemain pasif yang hanya sebagi penonton saja akan tetapi tidak suka dengan permainan bola. Sebagian besar tipologi ini hanya ingin menikmati pemain idolanya, dan sekaligus hanya   melepaskan kejenuhan dalam beraktivitas. Pemain pasif ini bisa di kategorikan menjadi dua yaitu penonton fanatik dan dan penonton pasif.
Penonton fanatik yaitu para penontong sepak bola menjadi penggemar aktif pada suatu tim tertentu yang selalu mengikuti kegiatan-kegiatan timnya baik dalam berlaga di lapangan maupun acara amalan yang dilaksanakan oleh tim, kemana-mana tim dia pasti ada. Atau istilah yang paling sering lengket pada tipologi ini adalah fans. Namun, ada yang perlu di ingat bahwa Fans bukan hanya yang bisa seperti diatas akan tetapi ada fans yang mengorganisasikan dirinya untuk manjadi bagian dari tim itu yang memiliki jarak yang tidak memiliki akses ke Fans induk. Seperti Fans Manchester United  yan ada di Indonesia dan aktivitasnya hampir sama dengan penonton pasif. Penonton pasif seperti yang di jelaskan pada paragraf sebelumnya hanya menyaksikan lewat stasiun TV untuk menyaksikan tim andalannya bertanding atau menyaksikan lewat nonton bareng atau nontong sendiri-sendiri.
Ketiga, penonton sunda gurau atau penonton yang hanya hanya turut meramaikan. Tipologi penonton sebenarnya tidak suka dengan bola akan tetapi melihat teman-temannya seru-seruan untuk menyaksikan pertandingan bola makanya di ikut nangkring disitu.

Spacial Kontekstual
Untuk mengamati ruang-ruang sosial yang terjadi dalam perhelatan sepak bola bisa kita lihat Euforia perhelatan sepak Bola EURO 2012 yang di laksanakan di Ukraina-Polandia yang sangat spektakuler.  Fenomena sosial yang terjadi di ruang sosial tersebut sangat menarik untuk kita amati dalam bingkai sebuah kajian sosiologi. Hal yang paling fenomenal dalam setiap perhelatan sepak bola adalah para penontongnya. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa para penonton memiliki berbagai macam tipologi yang selalu menciptakan bentuk-bentuk kerumunan.
Pesta EURO tahun 2012 di saksikan oleh hampir seluruh belahan dunia dengan barbagai macam cara. Demi menyaksikan piala EURO banyak masyarakat merogoh kucek dalam-dalam untuk menyaksikan tim andalannya untuk bertanding di lapangan. Akan tetapi, masyarakat yang tak mampu menyaksikan secara langsung harus rela menyaksikan tim idolanya bertanding lewat stasiun TV.
Terkhusus untuk negeri ini. Indonesia hanya bisa menyaksikan tim kesukaannya hanya lewat stasiun TV. Tapi, semarak untuk menyaksikan piala EURO tidak kalah menariknya nontong langsung di lapangan. Perhelatan EURO membuat masyarakat menjadi deman sepak bola sebab, hampir semua kalangan ikut menyaksikan pertandingan tim idolanya dengan mengorbankan agenda yang lebih penting, misalkan di Jakarta Pelaksanaan  Ujian SNMPTN banyak yang terlambat pergi ujian Sebab nonton piala EURO, di Makassar rela tidak pergi Kuliah demi menyaksikan Piala EURO dan Piala EURO menjadi ajang Kampanye untuk pemilihan Gebernur di Sulawesi Selatan. Tapi, yang lebih menarik adalah ajang EURO menjadi tempat mengadu nasib terhadap tim kesayangannya.
 Perhelatan EURO 2012 menampilkan pemandangan yang khas pada pukul 12.00 WITA sampai Pukul 04.45 WITA di kota Makassar yang tidak seperti Biasanya. Warna malam menjadi Ceria di tempat-tempat Umum dengan Nontong Bareng seperti Kafe, Warkop, Rumah makan, sekretariat Organisasi, di Pinggir Jalan dan Rumah Kost karena menjadi ajang tempat berkumpul dengan tujuan yang sama yaitu nonton Bola. Aktivitas ini memberikan sebuah suntikan akan adanya sebuah persatuan yang belum terurai menjadi kesatuan aktif. 
Kenyataan dalam kerumunan ini memberikan sebuah histeria saat nonton bersama atau istilah lainnya di kenal nonton bareng karena dalam situasi ini kita leluasa untuk berteriak dan memberikan motivasi dan  menyemangati tim yang sedang bertanding walaupun mereka tidak mengetahuinya. Selain itu dalam menyaksikan pertandingan sepak Bola EURO  2012 menjadi ajang refressing dan wisata emosional untuk melepaskan beban kerja dan masalah-masalah pribadi yang lain karena dalam menonton bareng ada sebuah kebebasan untuk melakukan teriakan-teriakan histeria dan terkadang terjadi anarki prilaku dengan mengekspresikan kekalahannya atau kemenangannya yang berlebihan. Situasi ini hanya memiliki masa inkunbasi selama satu bulan. Pemandangan ini akan berlanjut pada pada event yang lain dalam waktu dekat akan berlangsung event sama di Inggris yaitu perhelatan Olimpiade.

Kerumunan (crowd)
Perkembangan masyarakat yang begitu kompleks dengan berbagai bentuk interaksi yang membentuk sebuah tatanam sosial yang memiliki ciri dan pola kehidupan yang berbeda. Kendati demikian bahwa kehadiran kelompok-kelompok sosial tidak bisa di hindari dalam kehidupan bermasyarakat. Kelompok masyarakat bersifat sementara, permanen, terorganisasi sesusai dengan konsensus dan kepentingan yang terajuk pada setiap individu.
Kelompok sosial yang cenderung terkonstruk terhadap minat yang sama untuk membentuk sebuah ikatan yang emosional. Kelompok ini sering disebut sebagai kerumunan (Crowd). Kerumunan sering terjadi pada suatu tempat tertentu yang memiliki pola tertentu dengan manampilkan sebuah ciri khas dan identitas tertentu bersifat kebetulan yang melahirkan sebuah hubungan yang interaksi dengan perasaan emosional yang sama terhadap sebuah identitas.
Karakteristik dari sebuah kerumunan adalah pola kelompok sosial hanya memiliki rentang waktu yang sangat singkat, sebab keberadaan kerumunan di tentukan oleh eksistensi individu yang sedang berkumpul. Selain itu kerumunan tidak memiliki struktur kepemimpinan atau struktur organisasi yang jelas. Kedudukan individu dalam kelompok sosial ini sama sebab dalam tidak ada sistem pelapisan dalam masyarakat.
Hal ini berwastata dengan Mayor Polak adalah karena adanya minat, hasrat, atau kepetingan bersama dan diantara para anggotanya berkembang sebuah pengaruh dan seperti timbal balik yang kadang-kadang kuat tetapi tidak kekal serta tidak rasional.
Berdasarkan pendefinisiannya ini Mayor Polak membagi Dua jenis kerumunan yaitu pertama, kerumunan yang aktif adalah kerumunan yang timbulnya secara spontan, emosional dan impulsif sebab tidak ada aturan yang mengikat maka dalam kerumunan ini cenderung bersifat destruktif sebab individu dalam kerumunan ini memiliki kebebasan melakukan ekspresi baik itu jengkel maupun rasa bahagia.
Kedua, kerumunan ekspresif adalah kerumunan yang tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama melainkan hanya mengenal emosi saja tanpa tujuan tertentu. Sifat kerumunan ini tidak bersifat merusak akan tetapi hanya melepaskan sebuah ketengangan dan emosi saja. Seperti menangis dan berteriak. Tapi kerumunan ini bisa bisa berubah menjadi kerumunan aktif.
Berangkat dari spektrum realitas sosial saat ini bahwa bentuk kerumunan mulai bergeser pada sebuah bentuk yang bersifat terorganisir menonjolkan sebuah identitas dengan berbagai macam pernak-pernik  kelompoknya. Sebab, kelompok sosial ini menaruh sebuah perhatian khusus pada minat tertentu dengan rasa simpati dan antipati terhadap kelompok lain. Kerisuan dan kebahagiaan mulai di rasakan bersama dengan berbagai macam  ekspresi dan perilaku di perlihatkan oleh kelompok itu.
Sebuah pemandangan yang bisa di lihat pada kerumunan suportor Bola yang mulai mengornisir diri pada suatu minat yang sama menciptakan sikap fanatisme terhadap  sebuah tim tertentu sehingga menciptakan kekacuan yang terorganisir walapaun dalam pemandangan kita bahwa tawuran yang sering kita saksikan itu kekacauan yang sporadis akan sebenarnya kekacauan itu bersifat sistematis dan telah terencanakan sebelumnya. Sebab ada ikatan yang solidaritas yang telah terbangun di kelompok suporter itu.

Integrasi Prematur
Integrasi yang sering kita artikan sebagai sebuah kesatuan yang utuh atas pndangan dunia yang sama. Integrasi terbangun oleh sebuah konsensus dalam menciptakan sebuah kelompok yang di warnai oleh berbagai macam identitas di dalamnya atau sebuah ketunggalan identitas dalam melaksanakan peran-peran sosial. Dalam terjemahan sosial pengunaan kata integrasi selalu bergandengan tangan dengan konflik karena akhir dari sebuah konflik adalah integrasi dengan alasan bahwa orang yang merasa kalah dalam persaingan atau peperangan harus melunturkan identitasnya untuk bergabung ke identitas yang lain di anggap superior. Selain itu, integrasi sosial bisa di artikan sebagai penerimaan anggota lain ke dalam suatu kelompok tertentu.
Di spacial (Ruang) kontestual kita diperkenalkan pada  realitas tentang kumpulan manusia yang terbentuk secara spontan atau suatu bentuk kerumunan dengan pola tertentu yang mencerminkan sebuah identitas.  Di ruang kontekstual itu di cerminkan oleh sebuah suporter, penonton, dan penggemar bola. Dengan kenyataan bahwa sepak bola menciptakan ruang tersendiri di ruang sosial tentang sebuah kerumunan yang terjadi seperti gelembung manusia yang manghadiri stadion untuk menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola dan antusias para penontong di luar stadion untuk menyaksikan pertandingan Bola dengan berbagai macam cara dengan mengekspresikan dirinya dengan nontong bareng atau nonton bersama.
Para kelompok penggemar bola ini diarahkan pada satu tujuan yang sama, minat yang sama, identitas yang sama yaitu kelompok suporter bola yang berkumpul di stadion untuk menjalin sebuah hubungan integrasi akan tetapi dalam kelompok  tersebut ada warna yang tergambar dari masing-masing kubu. Mereka masing-masing menyaksikan timnya beradu dalam lapangan untuk mencari sebuah kemangan. Dari pesona itu bahwa bahwa ada kenampakan yang terlihat untuk mengintegrasikan dirinya dengan yang lain dengan orientasi yang sama sebagai penikmat bola. Begitupun yang di luar stadion atau tempat-tempat lain bahwa penggemar bola mengingtegrasikan dirinya untuk nonton bersama untuk menyaksikan pertandingan tim idolanya di lapangan dengan membawa antribut-atributnya timnya.
 Bentuk kerumunan ini memiliki sifat yang pasif karena hanya bersifat sementara dengan aktivitas yang cenderung menolitik. Penggambaran ini mencerminkan sebuah integrasi prematur yang terjadi dalam masyarakat karena pembauran yang terjadi bersifat sementara dan bisa berubah menjadi sebuah kerumunan yang aktif dengan kenampakan-kenampakan anarkistis. Kelompok ini luput dari sebuah perhatian khusus oleh pemerintah bagaimana peran suporter bola dalam mengintegrasikan diri berbagai macam identitas dalam sebuah naungan sepak bola. Sepak Bola memiliki peran yang vital terhadap berbagai macam problem sosial yang terjadi dalam masyarakat yaitu konflik suku, konflik antar beragama dan lain-lain sepak bola bisa mengintegrasikan semua itu mempertemukan sebuah event yang sama yaitu pertandingan sepak bola. Sepak bola pernah menjadi alat pemersatu dunia saat gejolak peran dunia.
Akan tetapi, berbeda dengan Indonesia Sepak Bola menjadi ajang perpecahan di atas kepentingan elit sehingga menjadi dualisme kepentingan yang harus melahirkan konflik-konflik sosial baik baik secara vertikal yaitu kepentingan para pejabat maupun secara horisontal yaitu konflik antar pemain dan konflik para suporter karena menciptakan sebuah dualitas kepentingan. Sehingga kondisi TIM nasional di Negeri ini menjadi salah urus dan mengorbankan emas yang tertanam pada generasi pemuda bangsa ini karena mereka telah terabaikan oleh dualitas kepentingan tersebut.
sehingga apa yang terjadi saudara-saudara sekalian di Indonesia sepak bola merupakan ajang keretakan solidaritas di atas melambungkannya penggemar bola di indonesia yang seharusnya memberikan sebuah spirit untuk memajukan persepakbolaan di Indonesia akan tetapi yang terjadi adalah malah sebaliknya. Mungkin inilah realitas yang terjadi di negeri ini, bahwa Sepak bola menjadi Mirror kerumunan integrasi prematur.****

Senin, 25 Juni 2012

Studi Literatur


John G. Stockhouse, JR.
REVIEW BUKU :
 BISAKAH TUHAN DI PERCAYA
BIP (Bhuana Ilmu Populer): kelompok Gramedia, Jakarta, 2010
Hal, 238

Bisakah Tuhan di percaya sebuah judul buku yang genit atau pertanyaan nakal terhadap kaum agamawan. Secara intrinsik judul buku ini menonjolkan sebuah gugatan terhadap eksistensi keberdaan Tuhan. Namun ada hal yang penting lewat pemaparan buku ini menggambarkan bahwa dunia saat ini penuh dengan keraguan dari perkembangan ilmu pengetahuan sebab beberapa hal yang dianggap mistis telah menjadi pengetahuan ilmiah. Indikator dari pengetahuan ilmiah mengantarkan manusia pada lubang hitam yang tak kunjung sampai pada tujuan sebagai proses penyalamatan atas krisis kemanusiaan yang terjadi.
Perkembangan pengetahuan mengantarkan kita pada sebuah kehidupan yang positivis dan rasional. Dan di luar jangkauan itu adalah hanyalah sebagai mitos atau menjadi sebuah cerita rekaan yang di wariskan secara terun-temurun. Lewat pandangan dunia yang seperti ini melahirkan sebuah pandangan  absurditas menjadi landasan utama untuk mempertanyakan eksistensi keberadaan dari  pencipta. Fenomena-fenomena yang terjadi saat ini menjadi gudang tanda tanya untuk melabrak sebuah status qou kehidupan manusia.  
Namun, disisi yang lain kegiatan asketisme dan kezuhutan semakin miningkat di masyarakat modern yang terus mempertahankan konsep-konsep agama dalam kehidupan sehari-hari manusia. Bahkan golongan ini terus berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang genit dari para ateis dengan segala kemampuan yang dimiliki dengan berbagai pendekatan Teologis dan menjawab berdasarkan kitab pegangan yang dimiliki oleh masing-masing agama. dari sudut pandang keyakinan dalam beragama bahwa secara umum ada dua golongan yang sering berdialog yaitu kalangan teistik dan ateistik. Di buku ini menyuguhkan dialog ini dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan teologis.
Pendekatan sosiologis menelah realitas yang terjadi dalam ruang sosial dengan berbagai macam patologi sosial yang tidak melapangkan keberadaan Tuhan karena sifat dan eksistensi tidak berwastata dengan fenomena sosial yang terjadi dan menjadi sumber pertanyaan. Sedangkan pendekatan teologis mencoba menelah dan merasionalisasikan pertanyaan ateistik  lewat ajaran agama. kedua pendekatan ini masing-masing meretas problem kemanusiaan dengan metode yang berbeda akan tetapi memiliki kajian yang sangat berbeda pula akan tetapi memiliki sebuah keterkaitan yang tak dapat disangkal.  Hubungan ini bertemu pada titik konvergensi solusi produktif terhadap ketimpangan yang terjadi dan pembacaan terhadap krisis kemanusiaan.
Secara umum buku ini memiliki dua pembahasan pokok yaitu pertama, tentang  masalah, pada bagian ini di awali oleh asumsi oleh seorang filosof  yang bernama David Hume yang menggemakan skeptisme Epicurus dan seorang penyair yang bernamaPemasmur yang meragukan penciptanya. kedua tokoh berangkat dari sebuah setting sosial yang mengalami  patologi sosial. Sebab, dunia saat ini seolah menjadi sumber malapetaka terhadap eksistensi keberadaan manusia. Kejahatan menjadi sebuah konsumsi kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini mengantarkan manusia pada sebuah pemahaman akan adanya eksistensi keberadaan Tuhan yang  memiliki sifat yang baik dan cinta akan kedamaian, namun realitas berkata lain di tangan manusia yang memiliki sikap free will atau kehendak bebas dalam merekayasa kehidupan manusia. Selain itu, alam menjadi sumber malapateka bagi manusia dengan berbagai macam bencana alam yang terjadi seperti tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor dan berbagai macam bencana alam. Lewat dari asumsi ini bahwa Tuhan merupakan sumber malapetaka dan kekacauan yang telah menegasikan sikap maha pemurah dan pemaafnya.
Derivasi sifat yang dimiliki oleh Tuhan selalu memiliki dua ketersinggungan atau pertentangan yang dimiliki oleh Tuhan yaitu sifat feminitasnya dan maskulinnya yang mengontrol kehidupan manusia. Dualisme ini memberikan solusi problematik  pada diri manusia yanng menghilangkan kayakinan manusia terhadap sebuah asketisme terhadap Tuhan yang Maha Bijaksana yang memiliki hubungan kontradiktif dengan mahakuasa akan segala sesuatu sebab Tuhan tidak mampu melakukan hal-hal yang kontradiktif pula pada dirinya yang akan menujukkan kemahakuasaannya. Sebab dia tidak mampu menciptakan segitaga empat sisi. Hal ini merupakan sebuah asumsi yang keliru terhadap persepsi kemahakuasaannya Tuhan.
Konsep free will ( kehendak bebas) yang dimiliki manusia menjadi problem utama terhadap tatanam sosial yang terjadi saat ini. Sebab, tatanam sosial yang kacau di kehidupan kontemporer  tidak lepas dari konsep ini yang telah melabrak tatanam moral dan nilai yang menjadi ketetapan Tuhan yang telah di turungkan oleh Tuhan melalui para Nabi dan rasulnya yang berdasarkan pada prinsip Pewahyuan dan Konsep kebenaran yang di tawarkan umat manusia lewat sebuah perenungan.  Konsep menjadi hal yang tabuh dalam kehidupan modern yang harus di hilangkan.
Kedua, Respon, pada bagian merupakan sebuah respon terhadap sebuah permsalahan yang di tawarkan bagian pertama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan masalah sosial yang berkaitan dengan eksistensi keberadaan Tuhan. Di bagian Respon ini telah mempertimbangkan sebuah respon terhadap sebuah kejahatan natural dan kejahatan moral maupun kejahatan supranatural dan bagain respon menjawab tentang persoalan makna dan eksistensi yang di jabarkan dengan berbagai macam perspektif yang di tawarkan dalam buku ini.
Dalam penjabaran buku ini bahwa manusia pada dasarnya tidak memiliki sebuah kehendak bebas sebab manusia telah memiliki hal yang potensial dalam diri manusia bukanlah seperti yang sering di dengunkan oleh Thomas Hobbes bahwa kelahiran manusia adalah dalam keadaan kosong (Tabula rasa). Akan tetapi, manusia telah di bekali oleh sebuah hal yang fitrawi tentang sebuah kebenaran dan kesucian dalam diri manusia bukan kesempurnaan moral terhadap manusia. Selain itu, bahwa kejahatan yang terjadi di dunia saat ini merupakan sebuah mesin equilibrium terhadap sebuah tatanam sosial yang terjadi. Sebab kejahatan bukanlah hal yang selalu menyebabkan hal yang negatif akan tetapi ending dari kejahatan adalah sebuah kebahagiaan dan ketentraman. kejahatan melahirkan sebuah konsesus atas pihak yang bertikai untuk marajuk jalinan persahabatan. Selanjutnya kajahatan alam selalu menawarkan hal baru terhadap kesejahteraan manusia seperti letusan gunung berapi yang menyuguhkan kesuburan Tanah baik untuk bercocok tanam. Kesimpulan bahwa kejahatan bukanlah suatu yang sangat mengerikan akan tetapi kejahatan bagian dari sebuah kebaikan yang senantiasa bertukar sesuai dengan rasa dan kesadaran manusia.
Secara umum dalam buku ini, penulis mencoba merespon ungkapan David Hume terhadap realitas yang terjadi dunia yang menganggap Tuhan adalah Impoten. Dalam buku ini menyuguhkan sebuah tawaran jawaban yang cukup akurat terhadap masalah di lemparkan oleh David Hume.
Dalam buku ini, untuk merospon para kritikus agama penulis coba menkonparasikan beberapa agama seperti agama kristen, Islam dan Yahudi. Namun, paling dominan adalah pendekatan agama Kristen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan genit itu sementara dalam pendekatan yang lain sangatlah simplistis. Respon yang di berikan dalam problem yang ditawarkan oleh kritikus agama atau para Atheis masih cenderung abstrak. Tetapi dalam penjabarannya mudah untuk di pahami olah para pembaca sebab menyuguhkan bahasa yang sangat sederhana.
Selain itu, buku ini merupakan buku translate jadi memiliki kemungkinan pelesatan makna yang telah diungkapkan oleh penulis aslinya sehingga kemunkinan besar akan terjadi reduksi yang dilakukan oleh para translator. Akan tetapi, buku menjadi sangat menarik bagi orang-orang yang bergelut dalam dunia filsafat dan teologi maupun orang yang belajar agama sebagai studi konparasi dengan berbagai referensi yang lain.***{Sampean}

Sabtu, 16 Juni 2012

Keresahan atas pacarku


Keresahan atas pacarku
Thaks for you...........
Karena dia menemaniku dalam kesenderianku
Walau dia tak mampu duduk disampingku
Untuk bercerita tentang dirinya
Tapi dia memberikan aku sebuah harapan
Arti sebuah kasih sayang
Arti sebuah kedewasaan
Untuk memahami sebuah hidup

Thanks for you....................
Kau yang tlah menjadi pasanganku
Yang selalu setia menemaniku dalam setiap langkahku
Walau kita tak bergandengan tangan,
Tapi mereka menyanjungmu, yang membuatku merasa bahagia
Walau aku slalu menyembunyikanmu
Karena kandunganmu terhadapku
Karena kau slalu menemaniku dalam tidurku

Kegelisahanku terhadapmu membuatku
Slalu kuhaturkan trima kasih untukmu
Karena kau selalu hadir dalam  pangkuangku
Untuk menemaniku dalam setiap perenunganku
Untuk bertanggung jawab terhadap kandunganmu
Atas pemberianmu terhadapku walau tak ada free bagiku
Tapi aku selalu meminjam tubuhmu dalam cinta satu malam.

Karena kau,.....
Aku berpikir atas dosa sosial yang ku miliki
Hingga rasa haru menghampiriku yang terhanyut
Dalam lamunan air mata pada lembaran-lembaran
Kisahmu

Itulah penyesalan yang paling dalam ada pada diriku
Karenamu aku gila terhadapmu, atas kerelaanku mencari
kemenangan diatas penderitaan
untuk mengahadirkanmu di kamarku
karena ku tak ingin ada orang lain menodaimu.

Tapi satu hal yang tak ada padamu
Kau tak pernah mendengarkan ceritaku,
Kau tlah berubah terhdapku karena kau Cuma benda mati
Yang hidup dari luapan  ide dari sang pujangga
Tapi anehnya memberikan percikan-percikang api
Untuk memberikan cahaya sekeligus kegelapan

Bongkar pasang dari ketakjelasan menjadi dilematis

SAMPEAN



Mati aku bersamamu pada jiwa yang tenggelam
Dilaut merah kehampaan
Di alung-alung kota kehijauan
Merana dalam setiap kebisingan
Merobohkan tiang yang pernah tegak
Menuju sebuah kegelapan dalam naluri apokaliptik
Dari  sebuah bingkisan kado di senja hari
Tawa melanglang buana
Mewarnai mahameruh pada rintihan-rintihan kalbu
Satu arah dalam sebuah dilematis
Atas hentakkan-hentakkan liur dari selembar kertas
Tak ada arah tak ada bingkai
Biar roda menempuh arah dalam setiap bebatuan
Yang berarak dari noda yang ternoda
Biarkan aku satu dalam setiap pecahan
Yang tak ada satu dalam pecahan
Biarkan tangan-tangan jahil
Membersihkan pecahan-pecahan
Dari tangan-tangan jahil
Di lembah kenisataan
Yaitu
“A”
Aku memang “A”
Jenis binatang yang berjalan di muka bumi
Yang selalu mengaung dalam kediamannya
Tapi sungguh mulia banginya
Saat Menjadi budak diantara tuangnya
Yang meneriakkan anjing kau
engkau adalah labeling dari sebuah kenajisan
tapi yang berteriaklah yang paling najis
diantara kaummu
biarkan aku bersamamu “A”
dari diri yang sendiri
jika tak ada niat
untuk
“S”
Biarkan diri yang tak jelas
Untuk sendiri
Merana dalam setiap kompromistis
Untuk terkubur
Pada hal yang kongkrit
Dari keabadian firaun di “P”

namaku sampean

-->
ADA APA DENGAN NAMAKU
  1. apakah nama hanya sebuah identitas?
  2. apakah nama mempunyai sebuah arti ?
  3. apakah nama hanya sebagai symbol?
  4. apakah nama adalah sebuah doa?
Kenapa setiap orang mendengar sebuah nama yang unik pasti ketawa, kenapa mendengar nama artis pasti tersanjung, dan bahkan mengikuti nama artis tersebut, bahkan dia juga berikan pada keturunanannya. Ini merupakan hal yang aneh bagi orang yang beranggapan bahwa pada saat mengunakan nama tersebut akan ketularan dengan kesuksesannya. Tapi, mengapa banyak orang yang sama namanya ada yang kaya, dan ada yang miskin. Berarti nama bukanlah sebuah patokan untuk kesuksesan. Dan jangan pernah malu jika punya nama yang unik. Karena keunikannlah yang mampu memberikan sebuah motivasi. Nama bukanlah sebuah kunci dari segalah keberhasilan. Nama bukanlah sebuah doa, tapi punya arti, dan itu hanya sebagai symbol dalam identitas sebagai tanda pengenal sekaligus pembeda dari yang lain agar mudah untuk dikenali. Nama akan menjadi anugrah yang besar, saat mereka mampu kenal dirinya sendiri dan bagaimana dia mampu menyikapi namanya sendiri makna yang terkandung didalamnya. Nama adalah sebuah amanah yang besar yang di berikan dari Allah SWT, dan bagaimana kita mampu mengamalkannya karena nama sudah ditentukan oleh Allah SWT sebelum kita lahir. Banyak orang yang arti nama yang mulia begitu sempurna begitu baik di dengar, bahkan di sanjung – sanjung tapi kelakuannya berbanding terbalik. Dan orang mempunyai nama yang begitu hina di dengar tapi perbuatan mereka begitu mulia.
Jadi ada apa dengan namaku, dan ada apa dengan aku sebagai penyandang seribu nama? Dan pada saat baru memasuki setiap lembaga pasti orang-orang di sekitarku tertawa, tapi aku tak pernah marah dengan hal itu karena aku tau memang unik, berbeda dengan yang lain.
SAMPEAN. Itu adalah namaku
Banyak orang menganggap namaku begitu unik, lagi aneh hampir setiap orang tertawa jika mendengarnya. Filsafat mencari kebenaran hakiki dan namaku tak selamnya benar. Sepanjang jalan telah ku urai seperti helai rambut yang begitu halus dan lembut. Inilah kisah namaku.
bersambung