Pesan
dari Kertas
Oleh sampean
Nenekku yang pernah mengingatkanku di
atas lembar kertas yang bernama Socrates hidup yang tak di renungi adalah hidup
yang tak layak untuk di jalani. Dia mengunkapkannya saat kami duduk bersama di
ruang kecil yang kami sewa untuk setahun. Hari
itu seolah aku tak punya apa-apa, orang yang berjalan di sampingku semua
menjadi asing bagiku, walau mereka aku aku kenal, sahabatku seolah pergi
menjauh tak peduli lagi kehidupanku, sebab mereka punya hidup sendiri, nasehat
mereka tidak lagi terengiang di telingaku, tawa mereka tak mampu lagi aku nikmati,
sebab keanehanku tak mampu lagi menampungnya, aku seolah membawanya ke lembah
jurang kemudian saya mendorongnya, kata-kata ku tak lagi punya makna bagi
mereka, sehingga aku teringat oleh kata-kata guruku bernama Niestche bahwa jika
agama membuatmu menjadi terpenjara, maka tinggalkanlah, tapi apabila agama itu
memberikan kamu sebuah kebebasan maka ikutilah, inilah adagium yang dia ungkapkan
padaku, yang memberikan sebuah pelajaran bagaimana menerima perlakuan manusia
dari setiap perilakunya yang menyakiti karena memiliki alasan yang kuat.
Tapi hari itu, aku hidup
seperti sebatang kara, seolah aku hidup sendiri dunia ini, disampingku
tak ada lagi yang membutuhkanku, ku coba untuk melangkah keluar dari ruang
kecil ku mencari udara yang segar, mencari kawan untuk bercerita aku tak
menemukan siapapun mereka terus menjauh dari diriku, tapi tiba-tiba muncul
seseorang yang berbadan tegak, kepalanya botak sebagian, bermata sipit
menyapaku dengan ramah, dia menepuk pundakku “sabar nak” kata Dia! seolah dia
mengerti segalah kegelisahan dan kesedihanku. Kemudian Dia melanjutkan
Perkataannya bahwa kamu memiliki segalanya, kau punya kelebihan yang tak di
miliki oleh orang lain, yang perlu kau lakukan adalah memulai sebab satu langkah
pertama lebih berarti dari seribu langkah terakhir. Mungkin hari ini kamu di
tinggalkan, tapi jangan pernah takut selama senyuman itu masih ada, sendiri
bukan berarti kamu harus menyerah akan tetapi kau harus bangkit mengingatkan
mereka bahwa kamu bisa tanpa mereka.
Sungguh bijak perkataan beliau, siapa
engkau berani menasehatiku, apalagi engkau tak mengenalku begitupun aku, lalu
Dia berkata mengenalmu bukan hal yang
penting, Tapi yang paling penting adalah menasehati mu sebab menasehati tak
mengenal waktu, siapa kau dan umur akan tetapi menasehati bagaimana kau tau
yang seharusnya” aku terdiam mendengarkan perkataan beliau, aku seperti meneguk
air menghapus segala ke hausan di telaga ku, kemudian aku bertanya dalam hati
“adakah orang seperti dia saat ini?” aku pun membawanya pergi walau aku tak
sempat mengenalnya tapi itu bukan masalah, biarkan anugerah itu menyatu dalam
diri yang merana.
Sungguh lelah hidup ini, semuanya datang dan pergi, aku
bingung terhadap semua ini seperti aku
memikirkan arah tujuan langkahku entah harus kemana! namun Adikku Naruto pernah
mengatakan sebelum Dia pergi menghadap ke pangkuan Sang Khalik bahwa “tempat
kita pulang adalah dimana ada orang yang selalu memikirkan kita” tapi dimanakah
aku menemukan orang-orang yang memikirkan ku.... sebuah makna filosofis yang
sulit aku tebak dan belum menemukan jawaban yang pasti seperti apa, orang yang memikirkan
dan apa yang dia pikirkan tentang aku. sebuah jejak yang terlintas di atas
cakrawala menembus nirwana kebijaksanaan langkah demi langkah mengantarkan ku
pada ruang yang kecil, terbentang kata-kata sebagai bentuk kata sandi untuk
membuka ruang yang tak terbatas bahwa “berjalanlah ke Arah cahaya supaya
bayang-bayang gelap selalu di belakang kita.”
Sebab dunia ini selalu menyediakan
sebuah kasih sayang, dari kasih sayang itu menjadi ikatan untuk menyatukan kita
untuk menuai makna kebenaran. Kebenaran yang menuntun
kita kepada sebuah ketenagan dan ketentraman pada jiwa yang terlelap dalam
kehampaan makna. Jangan pernah menjadi orang yang di definisikan oleh orang
lain tapi jadilah seperti selember kertas yang memberikan kehangatan oleh semua
pihak. aku teringat pada selember kertas ungkapan seorang sastrawan bernama
Paul Celho bahwa carilah legenda pribadimu sebab disana keajaiban itu ada pada
dirimu untuk mengubah dunia. Tapi sang guru Lao Tze pernah memberikan
ajaran-ajaran kepada muridnya bahwa jangan pernah berusaha untuk mengubah orang
lain sebab itu adalah kegagalan yang paling besar yang kau lakukan. Biarkan dia
mengalir seperti air. Pelajaran-pelajaran dalam diriku menghampar mengarungi
ruang imajinasi untuk ku melangkah jauh bahkan untuk terbang tinggi bersama
elang.
Pesan ini pesan kehidupan tentang sebuah
kebikjasanaan menempuh hidup yang arif. Hidup ini harus di tempuh dengan bertahap dalam lingkaran
kejujuran daan keikhlasan. Resapi kanyataan itu baik-buruk, keluh kesah, pahit
manis satukan dalam sebuah kehangatan kenikmatan filosofi kehidupan yang arif.
Itu semua adalah bumbuh kehidupan dengan kelesatan yang tiada tara jika kita
nikmati dengan cinta.