Rabu, 08 Agustus 2012

Kabut



Oleh : sampean
Pelataran yang hijau menghampar menjadi altar dari sebuah kesaksian kepada sang pencinta mengantarkan kekasih bekunya ke relung-relung hati yang perih. Saat senja tiba menanti malam, malam terasa indah bayanganmu terasa ada di dekatku berbicara dengan ketulusan bericara tentang masa depan malam pun berharap untuk mengatakan kepada siang untuk menyampaikan bait-bait kesucian dengan harapan untuk bertemu esok hari untuk bercerita denganmu. Segudang madu yang harus tertumpah dalam gelas untuk pertemuan kita untuk menyambut sang putri yang selalu menemani hati ini. Wajahmu telah merias hariku untuk melampuai harimu. Hingga aku berpikir keindahan ini yang telah membuatku mabuk oleh isi  cawang berisi rasa perih untuk mencinta, aku pun berpikir untuk mengungkapkan rasa ini untuk mu. Tapi saat aku bertemu denganmu semuanya serasa beku, suasana menjadi dingin hanya menatap wajahmu segenap harapan untuk bisa menemaniku dalam setiap hariku. Tapi kau begitu pilu menceritakan tentangmu dan tentangnya, kau terlalu mencinta masa lalumu namun kau di abaikan oleh masa lalumu namun masa lalumu pun itu juga  membutuhkanmu.
Saat pertemuan kita aku selalu ingin menyampaikan bait-bait suci itu terhadap mu. Tapi aku menganggap diriku terlalu rendah untuk mu aku tak pantas untukmu karena bagiku kau adalah sosok sang putri yang terlalu suci untuk di sakiti, terlalu baik untuk di khianati. Tapi tahu kamu kau telah memberikan aku cahaya dalam hidupku yang merasakan cinta hingga hari ini, memberikan aku banyak pelajaran tentang itu. Itulah anugrah yang terbesar yang pernah aku rasakan selamanya. Aku bangga telah mengenal  mu dan menjadi tempat  untuk berbagi. Hingga hari ini pun kau tak pernah mendengarkan kata hati ini walau kabar angin telah menyampaikannya. Karena aku terlalu mencintai diriku karena aku tak mampu mengungkapkan cintaku terhadapmu. Tapi tahu kau sungguh menyakitkan mencintai  seseorang yang tidak mencintaimu tetapi yang lebih menyakitkan lagi adalah mencintai seeorang jika tidak memiliki keberanian untuk menyatakan cintanya kepadanya.
Tak ada yang harus  ku sesalkan dari yang ku rasakan dalam diriku, karena kau telah memberikan kesegaran kepada jiwa yang telah kering, karena ada sebuah kesucian dan ketulusan yang kau hidangkan. Namun aku telah menyalah artikan semua... perhatian itu. Aku terlalu berharap untuk memiliki mu tapi kau tak berharap untuk di miliki. Tapi satu yang paling berharga dalam diriku adalah kamu selalu tersenyum yang selalu melambangkan ketulusan, sehingga kebahagiaanmu adalah sebuah kebahagiaanku yang selalu mendekap dalam hatiku untuk meruntuhkan egoku. Satu hal yang harus kau tau aku selalu ada untukmu itu  kata yang sering ku unkapkan dalam sebuah pesan untukmu. Aku telah juga bersalah telah menghiraukanmu dalam  persendiaan ku berharap untuk menjauh tetapi celakahnya aku telah menyiakan-nyiakanmu karena tanpa mampu mempertahankan persahabatan kita. Namun jauh yang paling dalam hati ini berharap untuk mengetahui sedikit rasa terhadapku yang telah membawaku pada candu yang memabukkan.
Satu hal yang harus kau tahu adalah ketakutan untuk melupakanmu karena aku takut tidak lagi menemukan dirimu dalam diri mereka yang lain. Sebab Kesempurnaan mu lah telah menutupi kegelapan menjadi cahaya hingga saat ini menjadi pelita  untukku yang terus memberikan inspirasi. Jadilah bintang untukku yang selalu menenamiku walau sebatas cahaya. Walau Bisa menghilang sekejab lalu tapi dalam angan ku, sebab aku sadar cinta tidak selamanya memiliki sebab cinta hanya mencintai dirinya sendiri. Itulah kekuatan cinta, cinta yang mencari dirinya sendiri untuk di cintai dan akan bertemu pada suatu masa, masa yang bergelimang dengan kebahagiaan penuh dengan canda, tawa dan sedih pada sebuah kebersamaan dan ikatan yang hakiki.

&&&

Review Buku:


Review Buku:
RUNTUHNYA UNIVERSALITAS
SOSIOLOGI BARAT
(Bongkar wacana atas : Islam Vis A Vis Barat, Orientalisme postmodernisme, dan Globalisme)
Djogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008
402 hlm.
oleh : sampean
Buku ini di tulis oleh Bryan S. Turner dan di terjemahkan oleh Sirajuddin Arief, M. Syukri, Inyiak Ridwan Muzir. Bryan S. Turner adalah seorang dekan fakultas Seni dan Professor Sosiologi di Universitas Deakin, Australia. Buku ini merupakan kumpulan essai dari berbagai rangkain kuliah yang di berikan di beberapa tempat khususnya di tempat dia  mengabdikan dirinya sebagai seorang dosen di Universitas Deakin, Australia. Buku ini merupakan sebuah rangkain naratif teoritis terhadap sebuah perkembangan ilmu pengetahuan sosial khususnya sosiologi sebagai disiplin Ilmu yang lahir di rahim orang-orang barat.
Seperti tersirat dan tersurat dalam buku ini, buku ini bisa di bagi menjadi empat bagian tapi yang  sebenarnya dalam buku ini terdiri dari lima bagian saya peramping menjadi empat bagian sebab bagian pertama dan kedua memiliki hubungan yang erat dan tak perlu di pisahkan. Dalam pemabahasan buku ini menjelaskan perkembangan zaman yang melahirkan sebuah pertentangan diskursus yaitu Islam versus barat sebagai yang tersurat dalam judul buku ini. Buku ini mengungkap secara kritis terhadap diskursus epos yang terjadi saat ini. Sebagian buku ini sangat di pengaruhi oleh pemikiran Edwar W. Said tentang Orientalisme yang menjadi landasan utama buku ini, kedua buku di pengaruhi oleh Max weber dalam menelah masyarakat menggunakan pendekatan ekonomi dan pandangan max weber terhadap Islam.
Dalam buku ini sebagai bentuk eksposisi problem pengatahuan yang terjadi di barat dengan mengunakan pendekatan sosiologi dengan metode komparasi melalui struktur dan kebudayaan (Turner, 51:2008). Di mana bentuk universalitas teori barat telah menghegemoni pengatahuan sebagai budaya yang agung dengan kolonialisasi lewat pendidikan dan media. Pengetahuan barat sebagai upaya untuk menyelamatkan kita dari kegelapan. Barat pun mendistorsi epistemologi dengan mengfragmentasi sebuah etno epistemologi. Etno epistemologi adalah pemisahan wilayah pengatahuan berdasarkan letak wilayah geografis atau upaya untuk mentaksonomikan pengatahuan berdasarkan wilayah geografis dengan pendekatan struktural dan kebudayaan. Pembagian ini melahirkan dua diskursus pengetahuan Barat dan Timur. Pendikotomian pengetahuan ini secara gamblang di jelaskan oleh Edwar W. Said sabagai diskursus Timur Dan Barat sebagai bentuk ekspresi terhadap kekuasaan barat.
Berdasarkan wacana ini melahirkan sebuah dualitas pengatahuan yang mengambil posisi biner yaitu studi orientalisme dan oksidentalisme. Studi orientalisme menurut Edward W. Said merupakan cara untuk mempelajari Timur dengan cara membuat klaim-klaim terhadap mereka untuk melegitimasi prasangka yang dilakukan oleh mereka dengan upaya untuk menundukkan Timur  dengan menvisualisasikan Timur.
Dari definisi ini Orientalisme, barat menghadirkan Timur sebagai hal yang eksotik, erotik, dan asing untuk dipahami dan di mengerti. Kontruksi Timur di bangun oleh barat dengan berbagai macam tipologi karakter Timur di rendahkan dan untuk di kuasai. Suatu hal yang sangat menarik dalam buku ini yang di jelaskan Turner pada buku ini (BAB : 2, Hal : 54) Orientalisme adalah wacana orientalis, kita mengetahui dan membicarakan masyarakat Timur; sementara mereka sendiri (masyarakat Timur) justru mereka sendiri tidak dapat memahami dirinya sendiri di samping itu tidak bisa berbicara balik tentang diri kita (masyarakat Barat). Berdasarkan adagium ini berarti diskursus oksidentalisme tidak melahirkan sebuah  tandingan bagi Orientalisme tersebut.
Islam vis A vis Barat
Dari perbincangan orientalisme terhadap pendikotomian Barat dan Timur merupakan sebuah hal yang yang mengalami kerancuan sebab memiliki kekurangan termasuk pendikotomian wilayah geografis jika wilayah Asia di letakkan  sebagai posisi timur. Sungguh sangat tidak relevan sebab wilayah di Asia memiliki berbagai macam kemiripan budaya di Eropa dan Amerika yang notabene sebagai barat. Jika di studi orientalisme kita lekatkan pada pendekatan agama yaitu Islam sebagai agama Timur dan Kristen sebagai agama Barat yang merupakan tradisi Abrahamik atau agama yang menganut prinsip apokaliptik  dengan pendekatan ini sebuah tanda tanya besar untuk menjelaskan Timur dan Barat sebab Timur memiliki berbagai macam agama selain dari Islam sebagai Agama yang dominan.
Berdasarkan penjelasan Turner dalam buku ini bahwa Islam memberikan sumbangan kultural berharga bagi barat dan menjadi kebudayaan yang dominan di beberapa masyarakat mideterania. Sementara, Islam tidak selamanya bersifat Timur, Kristen pun sebenarnya demikian bahwa agama Kristen sebagai agama Barat. Sebagai kepercayaan semitik yang berakar pada agama abrahamik, Kristen dapat di pandang sebagi agama Timur. Sementara Spanyol, Sisilia dan Eropa Timur, dapat dipandang menjadi agama Barat (Turner: 55; 2008).
Definisi Islam kian menjadi kontroversial menjadi wacana di kalangan orientalisme sebab Islam menjadi ancaman bagi barat setelah berakhirnya perang dingin atau perang urat syaraf yang di lakukan oleh Amerika Serikat dan Sekutunya dengan Uni Soviet dan Sekutunya. Di akhiri oleh kemenangan Amerika Serikat dan sekutunya yang tidak lagi mempunyai tandingan yang melahirkan negara Adidaya. Uni Soviet menjadi terpecah belah untuk menuntut kemerdekaan masing-masing.
Berakhirnya perang dingin tersebut melahirkan ancaman kultural baru terhadap Barat yaitu Islam. Sebab mereka menganggap bahwa saat ini Islam telah mengalami kebangkitan  yang sebagaimana yang telah di lakukan oleh para pendahulunya. Sebagai bukti terjadinya revolusi Islam Iran yang bisa di kategorikan selevel dengan revolusi Prancis dan Revolusi Inggris.
Dari perkembangan pengetahuan. Islam dan Kristen di perhadapkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan sekuler yaitu logika dan retorika sebagaimana yang telah berkembang di Yunani pada masa itu. Akan tetapi dalam perkembangannya pada masa abad pertengahan Kristen mengalami sebuah masa kegelapan yang harus mengekor kepada Islam yang mampu mentransmisikan Pengatahuan yunani terutama pengaruh Aritoteles terhadap beberapa filsuf Islam Averroes, Avicenna, Al Kindi, Al Razi yang telah memberikan kontribusi besar saat ini terhadap perkembangan ilmu pengatahuan (Hal 96). Kontribusi islam dalam ilmu pengatahuan sangat terasa sekali di bidang sains yaitu ilmu kedokteran, Optik dan Kimia. Kontribusi ini memberikan hak istemewah terhadap islam terutama perkembagan sains.
Jika di telisik saat ini perkembangan ilmu pengatahuan saat bahwa agama dan sains merupakan suatu hal yang sangat kontradiksi sebab sains mengarahkan kita pada hal yang sekuler sementara agama hanya membicarakan masalah-masalah ortodoksi dan teologis. Agama hanya mengedepankan hal yang mistikal sementara sains berbicara yang bersifat empiris dan realitis. Namu ada kebiasaan yang tidak lazim dalam diri filsuf islam yang telah mampu mentransformasikan pengatahuannya dengan mengakumulasi pengetahuan sains dan agama. kenyataan ini menjadi menjadi tanda tanya  bagi orang-orang barat sebab Islam mampu mensitesiskan agama dan filsafat yunani pada waktu itu sementara Kristen di rundung gugatan terhadap pengetahuan sekuler tersebut.
Namun, sumbangsih yang dilakukan oleh para filsuf Islam telah di ingkari oleh orang-orang barat terhadap kontribusi perkembangan pengetahuan saat ini. Seperti yang di kemukakan oleh filsuf Ernest Renan sebagai seorang filsuf prancis mengatakan bahwa mereka tinggal di Timur atau Afrika terbentur oleh suatu cara yang di dalamnya terdapat pemikiran yang benar-benar fatalisik yang menjadi lingkaran besi baginya dan bersifat tertutup. Yang di anggap tidak mampu mempelajari gagasan yang baru (hal 96). Pandangan ini menganggap bahwa Islam hanyalah pembawa Ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani yang steril bagi peradaban Eropa dan di tegaskan kembali dengan prasangka yang lebih halus.
Perlu juga di ketahui bahwa masa pencerahan yang di alami oleh Eropa tidak lepas dari kontribusi Spanyol yang menjadi Pusat ilmu pengatahuan Islam pada waktu itu. Satu hal lagi bahwa pada saat itu Spanyol menjadi peradaban Islam yang memiliki Perpustakaan yang cukup besar yaitu perpustakaan Cordoba. Perpustakaan Cordoba menjadi sasaran kedengkian Barat membumi hanguskan karya-karya muslim disana. Adapun yang tersisa di rekontruksi oleh Barat dengan mengaburkan nilai-nilai Islam terhadap manuskrip-manuskrip Islam. Seperti nama Filsuf ibnu Sina di rubah menjadi Avicenna, Ibnu Rush di ubah menjadi Averroes dan lain-lain sebagainya. Berdasarkan perspektif ini bahwa Barat berdiri di atas sebuah kemunafikan epistemologi.
*
Perspektif terhadap Islam
Pertanyaan yang mendasar untuk Islam adalah Apakah Islam sebagai agama atau bukan? Sebab Islam yang selama di gambarkan oleh barat hanya sebagai tradisi abrahamik sebagaimana kristen akan tetapi Islam memiliki ciri khas yang berbeda dengan kristen. Menurut Pandangan David Hume Islam sebagai bentuk teisme yang sempurna di banding Kristen dengan doktrin trinitasnya, menyusul berikutnya bahwa pandangan Islam sebagai bentuk menghargai akal namun di sisi lain Islam sebagai agama yang sempit dan tidak toleran (Hal 100).
Tapi perlu di ketahuai bahwa Islam merupakan pengejawantahan dualitas terhadap keyakinan sebab Islam bisa bersifat agama dan Sistem sosial. Islam sebagai agama karena Islam merupakan seperangkat keyakinan dan ritual sebagai bentuk perjalanan ruhani untuk mencapai tahap kesempurnaan berdasarkan prinsip apokaliptik. Definisi mengantarkan kita pada sebuah perspektif bahwa Islam sebagai agama merupakan menjunjung tinggi nilai-nilai asketis. Sementara Islam sebagai sistem sosial untuk menciptakan sebuah tatanam yang ideal berdasarkan perpektif profetis yang bisa terimplementasi terhadap realitas.
Seperti yang telah di kutib oleh Turner (hal 108), Huodgson Islam baik sebagai agama maupun sistem sosial di perlakukan sebagai perjalanan kesadaran nurani personal yang bersifat batin dalam menciptakan peradaban yang inpersonal dan lahiriah.

Globalisme, Modernisnme, Post-modenisme
Bahwa perubahan sosial sebagai bentuk keniscayaan yang tak dapat di elakkan maka perjalanan epos yang di hadapi Islam semakin berat yaitu Globalisme, modenisme, dan Post-modernisme.
Proyek epos ini merupakan produk dari budaya barat yang telah mencenkram dunia sebagai proyek-proyek ilmiah yang tak kunjung selesai. Melahirkan budaya-budaya universal yang di anggap memiliki nilai Tinggi  terhadap perkembangan zaman. Misi yang dilancarkan oleh barat merupakan sebuah visi westernisasi dan modenisasi melalui sebuah ideologi besar yaitu Kapitalisme yang mampu mengokomodir semua ideologi yang tetap mempertahankan eksistensinya.
Misi ini di selanjarkan melalui media dengan berbagai macam propaganda yang di lakukan melalui Iklan yang bergantian-gantian dengan berbagai macam indikator-indikator sebagai bentuk mode. Zaman ini mengantarkan kita pada sebuah demokratis hasrat dan dunia yang begitu ilusi sebab segalanya merupakan suatu hal yang melampaui, semuanya semakin cepat, manusia semakin konsumtif, realitas menjadi sebuah resiko atau risk sociaty dan merebaknya ruang asosiasional yang terbuka seperti super market dan drugstore . Ini merupakan gambaran yang singkat tentang dunia saat ini. Tapi bagaimana dengan Islam?
Suatu hal yang ditelisik saat bahwa respon terhadap dunia saat ini peningkatan paham fundamentalisme yang tetap kokoh dibawah nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan di pandang sebagai kebenaran yang dapat di bantah yang merupakan warisan dari leluhurnya yaitu nabi Muhammad SAW.  Menurut weber bahwa ketika teori sekularisasi konvensional sering mengamsumsikan bahwa agama dan modernisasi berada dalam suatu hubungan kontradiktif sebab sifat-sifat fundamentalisme asketik benar-benar mendorong masyarakat dari hubungan komunal tertutup menjadi sebuah komunal yang terbuka untuk melawan masa saat ini khususnya pada Post-modernisme ini.