Jokowi Blusukan lagi
Pro dan kontra gaya kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) masih berlanjut. Gaya
blusukan Jokowi mendapat respons positif dan negatif dari masyarakat. Dengan
gaya blusukan Jokowi beberapa masyarakat
memandangnya sinis. Banyak yang menganggap bahwa gaya blusukan yang ditampakkan
Jokowi hanya sebentuk pencitraan. Tanggapan sinis yang ditujukan kepada Jokowi justru
tidak menghentikan gaya kepemimpinannya. Sebab, dengan gaya blusukan yang
ditonjolkan Jokowi ternyata menuai hasil. Keberhasilan itu dapat dilihat selama
memimpin kota Solo sebagai walikota.
Langkah yang ditempuh oleh Jokowi semasa memimpin kota Solo dipertahankan
di saat memimpin kota Jakarta sebagai gubernur. Dengan gaya blusukan yang
dilakukan Jokowi, persoalan masyarakat mudah terurai. Salah satu bukti
keberhasilan Jokowi dalam memimpin kota Solo yaitu pemindahan Pedagang Kaki
Lima (PKL) dari wilayah sumber pendapatan PKL ke tempat yang asing bagi
Masyarakat Solo. Langkah yang sama dilakukan saat memimpin kota Jakarta. Jokowi
melakukan relokasi pasar tanah Abang yang begitu berantakan. selain itu, pasar
Tanah Abang dikendalikan oleh beberapa tangan preman. Melihat kondisi tersebut,
sulit rasanya untuk melakukan relokasi. Tetapi, dengan gaya blusukan Jokowi
persoalan tanah abang lebih mudah terurai. Buktinya, penghuni pasar tanah abang
sepakat untuk dipindahkan ke lokasi yang baru.
Dengan Berbagai keberhasilan yang telah dicapai. Gaya blusukan Jokowi membuka
mata internasional dalam menangani persoalan kemasyarakatan. Kesangsian
internasional tidak datang begitu saja. Tapi, Gaya blusukan Jokowi turut
dirasakan oleh Duta Besar (DUBES) Amerika Serikat dengan bersama-sama melakukan
blusukan. Dia mengatakan bahwa gaya kepemimpinan Jokowi tidak ada duanya dalam
menangani persoalan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan Jokowi kepada
masyarakat seolah tidak membangun jarak sebagai seorang pemimpin. Gaya
kepemimpinan yang ditujukan sangat merakyat dengan berbaur dengan masyarakat.
gaya kepemimpinan Jokowi turut menginspirasi beberapa CEO perusahaan. Sebagaimana
yang dibahasakan oleh Prof. DR. Rhenald Kasali bahwa setahun belakangan ini
banyak CEO yang memberi instruksi agar para manajer tidak asyik memimpin dari
balik mejanya saja. Hal ini dilakukan karena terinspirasi dari pemberitaan Jokowi.
Gaya blusukan Jokowi tidak hanya berhenti di saat memimpin kota Solo dan
Jakarta. tapi, blusukan Jokowi terus berlanjut setelah menjadi Presiden. Pasca
pelantikan Jokowi-Jk jadi sebagai presiden dan wakil Presiden, Jokowi tetap
melakukan blusukan di berbagai provinsi hingga sampai ke kabupaten kota.
Seperti yang telah dilakukan baru-baru ini, Jokowi-Jk mengunjungi korban
letusan Gunung Sinabung di Sumatra Barat. kedatangan Jokowi membawa angin segar
kepada para korban letusan Gunung Sinabung. Sebab, persoalan yang dihadapi para
Korban dapat terurai dengan cepat. Selama ini, korban gunung sulit mendapat
akses jalur transportasi akhirnya dengan kedatangan Jokowi semuanya teratasi
kurang lebih tiga puluh menit. Setelah itu menjadi tanggung jawab pemerintah
setempat. Tidak berhenti sampai di situ, Jokowi-JK mengunjungi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi barat.
Kedatangan Jokowi-JK ke Sulawesi Selatan untuk melihat potensi pangan di
kawasan di Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan Jokowi melakukan lawatan ke
Sidenreng Rappang (Sidrap) untuk meletakkan Batu Pertama pembangunan saluran
irigasi. Selain itu, Jokowi akan berkunjung ke Pinrang sebagai daerah tetangga
dengan Sidrap untuk meninjau areal persawahan. Semoga dengan kunjungan tersebut
dapat menjadi referensi dan data yang akurat untuk menyusung rancangan program
kerja. Harapan kunjungan tersbut dapat mengembangkan tata kelola pertanian.
Sehingga hasil pertanian semakin meningkat dengan perbaikan infrastruktur dan
daya dukung teknologi dalam mengelola pangan.
Gaya blusukan Jokowi berasaskan kebutuhan, kemanfaatan dan tepat sasaran dalam
menangani persoalan masyarakat. asas-asas tersebut tercapai secara maksimal
ketika seorang pemimpin terjun langsung ke persoalan yang dihadapi oleh masyarakatnya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Jokowi. Jokowi turun langsung menjemput
aspirasi masyarakat dengan memberikan solusi yang tepat terhadap persoalan yang
dihadapi masyarakatnya. Dengan turun ke bawah, Jokowi turut merasakan masalah
yang kompleks dihadapi oleh masyarakat. Sehingga antara masyarakat dan
pemimpinnya tidak memiliki penjarakan. Seperti yang diungkapkan Michel Foucoult
bahwa pemerintah bukanlah sesuatu yang bersifat teritorial dengan kompleksitas
persoalan yang dihadapi manusia, mestinya pemerintah mengambil peran dalam
menghadapi kompleksitas tersebut. Presiden Jokowi melakukan itu dengan blusukan
lagi karena dianggap efektif menyelesaikan persoalan masyarakat.
Jadi, tidak aneh rasanya
ketika presiden Jokowi menginstruksikan kepada kabinetnya untuk melakukan turun
ke bawah untuk mencari akar persoalan ke masyarakat. hal yang serupa diungkapkan
oleh seorang sosiologi Prancis bernama Pierre Bourdieu bahwa Untuk memahami
masalah antar individu atau menjelaskan fenomena sosial, kata Bourdieu, tidak
cukup dengan melihat apa yang sedang terjadi. Suatu keniscayaan untuk memeriksa
ruang sosial di mana interaksi, transaksi, masalah dan peristiwa itu terjadi.
Jadi, langkah yang dilakukan oleh Jokowi-JK dan kabinetnya merupakan langkah
yang tepat dalam menghadapi persoalan masyarakat yang kompleks. Dan kritikan
yang ditujukan kepada Jokowi-Jk akan runtuh dengan sendirinya dengan sebuah
pembuktian. Hal ini senada dengan ungkapan Jokowi bahwa pencitraan akan muncul, jika
pemimpinnya mau bekerja keras [*]
Oleh "S"