Selasa, 26 Desember 2017

Kemarin Sore

hari ini, aku mengunjungi matamu
ia redup dengan waktu
tatapanmu merampas riwayatku

kemarin sore

kita masih sanggup menerjemahkan jalan kita.

kerikil di depan rumah berserak tabah
sisa hujan  menggenang
dedaunan masih basah
cat tembok rumah kita masih menyisakan tapak tanganmu

di sini, aku masih mengembara
menjelajahi sisa purnama yang kamu lalui..

Sabtu, 23 Desember 2017

23 Desember 2017

I
pagi menjelma aroma racun
serat tubuhku menjamah
senarai kesalahan
lalu, Kebodohan itu dicipta berjamaah
di mahkamah tertinggi
II
Siang menjadi lipatan kesalahan-kesalahan
diktator mayoritas di junjung tinggi
ini musyawarah, katanya.
serupa pungutan suara
unjuk gigi
berdiri
angkat tangan
diputuskan.
ahh..... ini hanya parodi jarang goyang.
III
sore makin suram
suara parau tidak lagi didengar
mereka sedang berburu waktu
pimpinan sidang makin berguyon
palu sidang dipermainkan
tok,
tok, tok, tok, tok
tok
tok, tok
tabuhannya tidak lagi bermakna
keputusan dan penatapan
IV
Malam, sudahlah !
kita sedang kehabisan sewa gedung
konstitusi
cukup tok, tok, tok saja
kita perbaiki tahun depan dengan logika kolot, lagi.









Jumat, 10 November 2017

Aku Bandit Pengetahuan

aku kesal pada pikiranku, yang menghamba pada pengetahuan. Aku menyesal telah menyusun bait-bait kata. Kini, aku berjalan di belantara padang kenistaan, berpura-pura membela 'penindasan' dan 'orang-orang pinggiran'. harga diri terbuang sia-sia. sirna.

aku ingin menjelma air mata saja, berlinang di ceruk para sufi, jatuh dengan doa.
menyepi di pinggiran derita kuasa.

inginku ketemui, takdirku
pada kitab-kitab kata saja.

Duduk bermeja, bercahaya elektron
menyinari sepanjang tatapan kematian.
aku  ilmuwan berkolor pengetahuan
lupa cara bersenggama, lalu derita ditangguk dengan segepuk uang.
aku bilang saja "kita sedang melakukan pembebasan"
"Mencipta manusia-manusia pembelajar"

Apakah itu "kerja kita"

Rendra menjerit

"Untuk apa berpikir ketika terpisah dari kehidupan"

Kutatap kembali jalanku
Aku tidak menemui kedamaian,,,,,,,,,,,,,
di sini... ada jalan kemunafikan
berlapak penderitaan
sebentar lagi jadi "pemangsa"
menghisap cerutu keringat-keringat
kaum miskin kota
petani
nelayan
buruh

Sementara "AKU" pengabdi pengetahuan
sebentar lagi mengabdi pada kuasa.

Rakyat !! sudahlah
ikuti saja kata "kami" 

Selasa, 19 September 2017

,

Aforisma1: TUAN DALAM SEBATAN GAWAI

TUAN DALAM SEBATAN GAWAI

Tuan, Janganlah kamu sibuk mengusap layar gawaimu, Aku juga butuh sentuhan tanganmu.
Tuan, Aku disni terluka dalam lipatan-lipatan janjimu yang tak utuh.
Tuan, Kunjungilah aku di katub senyumku, sebab; aku tak ada lagi di pojok kamarmu.
Tuan, pahamilah aku sedang bersusah hati, temangu di antara tarian jemarimu.

Tuan, Kamu sedang apa ?
kamu tersenyum sendiri,
pikiranmu menyusup kelayar gawaimu
hidupmu menguar ke tempat lain.
Kamu tertunduk rapuh nan angkuh
kamu tidak sedikit pilu tentangku,
Aku disini, disampingmu
menghidangkan sejumput duka, segenggam larah, setetes asam.
Tidak sedikit pun kau iba.

Lalu, Kamu bercurah air mata
menyemai sedih
di antara gambar-gambar duka yang muncul di beranda mayamu

Aku heran tuan, setelah itu,
 Tuan
 tertawa lagi, cekikan
"Hahahahahahha"
menertawai hantu-hantu yang berakrobat.

Tiba-tiba kamu berubah lagi, tuan

Gusar, mengumpat yang tak sepaham dengan dirimu.
"Setan"
"Anjing"
"laknat"
"Kafir"
"Komunis"
"Dasar takfiri"
"Penganut bumi datar, sial"
"Sumbu Pendek"
kamu punya hak atas kebenaramu.
Lalu, Anda Siapa tuan ?

Manusia.... sebatang gawai
atau
manusia..... sepotong sara
atau
Manusia.... setengah Dewa
atau
Manusia... gagal jadi malaikat

ahh... maaf "tuan"

Kesebut saja engkau "Manusia Koplak"