Sabtu, 10 Januari 2015

,

Riwayat Kesepian

RIWAYAT SEPI

Sesepi sunyi, hening menggugat kesepian. Dia hening yang berisik. Serta gemerisik mengganggu riuh yang risih. Kegelisahan mengumpal dalam benak, mengharapkan kedatangan yang riang. Boleh kah Aku bertanya tentang kesepianmu! Dirimu hanya terpaku pada rasa hambar, diri mu tidak pernah kudapatkan dalam kegembiraan. kamu menghayati diri mu di dalam kesunyian. Seabrek persoalan kamu menghayatinya bersama sepi. Sulit bagi mu berbagi rasa dng yang lain. Kamu hidup dalam di dunia mu sendiri. Kamu seolah terluka di dalam hidup mu, lalu kamu tidak pernah ceritakan. Inikah riwayat mu yang tenggelam dalam sepi. Kamu mengartikan kebahagiaan dengan kesendirian. Riwayat mu kini, hanyalah kesepian yang berbalik kesendirian. Ternyata kamu mengartikannya seperti itu. Adakah hidup sesepih dirimu. Kenapa Senyap kamu anggap menggugat!, apalagi dengan suara berisik. Sedih sekali riwayat mu kawan. Hidup mu telah kamu artikan sebagaimana kesepian. kamu menyeduh kehidupan mu dengan sendirian. Riwayat sendu kamu peragakan. Sementara riwayat ramai kamu hempaskan. Diri mu pun diam, disaat aku menggugatmu, diri mu begitu dingin menyambutkan dengan senyum. Hadir ku, kamu anggap merecoki kesendirian mu. Lalu kamu anggap aku apa! Ternyata, aku hanya teman dalam sepi. Adakah yang terharu dalam hidup ku, sebab aku riwayat kesepian itu sendiri. Adakah yang mau menghampiri ku untuk termenung, berkhayal, berfantasi, menangis, dan bermimpi. Teman ku hanyalah kesendirian. Tidak semua orang memilihnya, kecuali duka. Aku betul-betul sepi karena tidak semua orang membutuhkan kesepian.

SADIS ITU BENAR

"ampun" kata ku, kamu membuka luka d tubuhku. Kamu menyayatnya, kamu beringas, kamu penggal kepala saudara ku. Tak sedikit pun kamu ragu melakukannya. Kamu itu saudara kita, tapi kamu tidak pernah ibah dengan ku. Malah Kamu mengibahku "kafir", darah ku pun halal untuk mu. Ahh.... Kenapa agama ku begitu kejam di tangan mu, pada hal nabi ku mengajarkan kasih sayang dan pengasih. Bukan kah setiap laku dimulai dengan sifat Tuhan yang rahman dan rahim.

Ditangan mu, sadis itu benar. Kamu bangga ketika jiwa para korban melayang, aku bingun terhadap mu. sudahlah, jiwa ini pun ihklas terkoyak oleh mu. Rengguklah jiwa ku, jika itu membuat mu bahagia. Agama ku yang malang, dijadikan pembenaran setiap laku sadis.