Senin, 04 Februari 2013

Study literatur sosial


REVIEW BUKU : TEORI-TEORI KEBUDAYAAN

Judul Buku   : Teori-teori kebudayaan
Penulis          : Herwanto, Nurul Huda, Bima Saptawasana, Haryanto Cahyadi, dkk.
Editor           : Mudji Sutrisno & Hendar Putranto
Penerbit        : Kanisius (Anggota IKAPI)
Tebal             : 403 lembar
Harga            : Rp. 66.000
Setangkai bunga bisa membawa makna romantisme sebagai tanda kasih sayang yang di berikan kepada seseorang. Namun setangkai bunga itu bisa menjadi tanda persembahan kepada orang yang telah tiada. Rangkaian menebarkan keindahan bagi yang memandangnya, gadis akan luluh dengan persembahan bunga sebagai tanda cinta. Begitupun buku teori-teori kebudayaan ini bisa mengantarkan kita pada sebuah cakrawala yang luas terhadap perkembangan pengatahuan. Buku ini terangkai dari kumpulan makalah yang fokus membahas teori-teori kebudayaan  kontemporer. Buku ini menyadarkan kita sebuah perkembangan diskurus pengetahuan barat yang belum kita pahami secara utuh. Buku ini akan membawa kita pada serangkaian kutub untuk memahami tatanam sosial.
Buku ini menyegarkan dahaga akan keterbatasan literatur tentang teori-teori barat khususnya pada bidang kebudayaan. Buku ini merupakan pangantar teori kebudayaan terkhusus pada kajian strukturalisme. Selain itu buku ini membahas teori kebudayaan kontemporer. Dari serangkaian makalah terkumpul menjadi sebuah kesatuan buku yang terdiri dari 17 bab yang terdiri dari tiga bagian yaitu pertama, merupakan pengantar untuk masuk ke dalam teori kontemporer sebab dalam bagian pertama ini merupakan pembahasan teori kebudayaan klasik dengan mengulas pandangan kaum marxis dan pandangan Talcot Parson. Penjelasan kaum marxis di gunakan pisau kritik terhadap ideologi kapitalisme bahwa kehidupan merupakan sebuah proses dialektika yang pada akhirnya akan mepcitakan sebuah tatanam yang humanistik atau masyarakat tanpa kelas dan tanpa penindasan namun dalam perspektif bahwa lain kehadiran Talcot Parson bahwa tatanam sosial ini merupakan keadaan yang ajek. Teori Talcot Parson ini di kenal sebagai hukum Cybernetica socius atau biasa di kenal taori AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latency). Harapan dari Parson dari teori ini bahwa dengan teori ini mampu menjelaskan permasalahan sosial yang ada di dunia saat ini sehingga menurut dia teorinya bisa  digunakan sebagai metode analisis.
Dalam tulisan selanjutnya kedua teori ini mencoba di transformasikan ke dalam konteks keindonesiaan dengan berbagai macam pendekatan seperti Marxisme, fungsionalisme Parsonian, Durkhemian, fenomenologi dan etnomerodologi, struktaralisme, dan pasca strukturalisme. Kemudian  dalam bagian ini juga memperkenalkan para tokoh-tokoh pendiri dari strukturalisme khususnya Levis Strauss.
Kemudian bagian kedua bagian ini menjelaskan kebudayaan di analogikan sebagai teks bahwa kebudayaan merupakan sebuah rangkain cerita yang bisa di tafsirkan seperti teks kemudian dalam bagian ini di lengkapi dengan mengunakan pendekatan psikonalisis Frued terhadap peran dan status individu dalam sebuah kebudayaan.
Bagian, Ketiga dalam buku ini membahas tentang kebudayaan modernisme pascamodernisme  sebagai respon terhadap dunia yang retak karena dalam tulisan ini merupakan kritikan terhadap sebuah status quo. Kemudian dalam pembahasan selanjutnya yaitu membahas peran dan identitas perempuan di ranah sosial yang selama ini mengalami penindasan akibat dari sebuah konstruk sosial. Dalam tulisan tersebut menantang kita untuk membuka cakrawala kita terhadap pandangan terhadap perempuan dan kebutuhan akan hal yang normatif.
Satu hal yang tersulit dalam buku ini adalah memahami secara utuh sebab buku ini merupakan bacaan tingkat lanjut sebab dalam buku ini membutuhkan buku yang bahasanya yang lebih ringan dan dalam menjelaskan kebudayaan. selain itu, dalam buku ini bersentuhan dengan teori-teori kontemporer dalam membahas kebudayaan masih sulit untuk di pahami  untuk pemula yang seperti saya ini.
Sekian atas ketidaksempurnaan resensi ini sebab aku berada pada ketidaksempurnaan itu untuk meresensi buku ini karena keterbatasan saya dalam memahami buku ini sekian dan trimah kasih.
sAmPeAn