Selasa, 19 Mei 2015

KISARAN PANGGUN HIBURAN

Pengaruh panggung hiburan dalam masyarakat begitu kuat. Terkadang artis dan realitas panggung hiburan diasosiasikan kepada yang nyata. Bagaimana tidak, penjaga warung saja begitu terlarut dalam ralitas sinetron.  Aku dihentakkan panggilan histeris si penjaga warung “ada Tristan” pemeran ganteng-ganteng Serigala. Aku kaget dengan panggilan itu “aaa….!!! Siapa itu Tristan?”. Orang sekitar ku melirik dan menatap ku baik-baik. Si pemilik warung memandang ku dengan nanap dan terus bertutur “kamu kok, mirip sekali sama Tristan pemeran Ganteng-ganteng Serigala di SCTV itu Lho….”. aku merasa gugup berada di antara orang yang memandangi ku. aku berbisik dalam hati “Wouw… aku ganteng ternyata mirip artis sinetron”. Setelah itu, aku beranjak pergi sambil membawa makanan pesan terbungkus kantong plastik putih.

Apa yang aneh dari realitas di atas? Sejatinya, realitas keberadaan tersebut memiliki kedekatan realitas pada panggung hiburan. Realitas panggung hiburan adalah realitas yang dicipta dari kenyataan di ranah sosial. Lalu ditampilkan dalam lakon kepalsuan. Dunia panggung hiburan ditampilkan seolah menjadi nyata. Kemudian, dijadikan rujukan atau representasi kesempurnaan kenyataan yang diyakini kebenarannya. Tak ayal, pesona para aktor dijadikan figur atau sosok ideal dalam laku sosial dan mesti diikuti. Alhasil panggung hiburan menciptakan masyarakat tontonan. Realitas masyarakat menjadi hibrid (kerdil) dan jumud. Sebab kehidupan masyarakat ibarat sebuah panggung hiburan seperti laku-laku sang aktor.

Gaya kehidupan masyarakat mudah diterka karena senantiasa mengikuti perkembangan model kehidupan dalam panggung hiburan seperti kehidupan Tukang Bubur Naik Haji di RCTI, Ganteng-Ganteng Serigala di SCTV, Stand Up Comedy di Metro TV, Facebooker di ANTV, Indonesia Lawak Club di  TRANS 7, Parodi Korupsi di berbgai Stasiun Berita di TV One dan Metro TV, Kuis 2 milyar di ANTV, Horor di film layar lebar, Suster Ngesot, Super Hero, Aliens, Akademi Fantasi di Indosiar. Realitas panggung hiburan tersebut sangat mudah didapatkan dalam masyarakat. Terkadang setiap genre, sekual, dan karakter tokoh menghadirkan komunitas-komunitas sesuai gendre film, karakter tokoh yang dihadirkan panggung hiburan. Maka, panggung hiburan mengukuhkan tokoh-tokohnya sebagai figur yang patut dicontoh, diikuti, dan representasi kesempurnaan.

Tidak perlu heran ketika menemukan komunitas-komunitas yang menyerupai gaya sang Atris sebagai idola. Cara berpakaiannya pun ditiru secara buta. Masih terasa dalam ingatan ramadan Tahun lalu (2014) di daerah Bulukumba  para perempuan mengenakan model Jilbab dan mukena mengikuti Gaya Syahrini, dan Dewi Persik dalam satu lapangan. Inilah realitas serupa tapi tak sama. Lihatlah orang-orang di sekitaran anda begitu banyak komunitas fans club sang Artis seperti fans club Chibi-Chibi ketika berfoto selalu ikutan bergaya mirip sang idola. Lihat pula teman-teman anda bergaya alay ketika menemukan tempat bagus pasti selalu berfoto selfi atau tiba-tiba bergoyang Bang Jali, Goyang Sesar dan Ala Maichel Jakson. Terkadang asyik juga menyaksikan tingkah mereka, soalnya cita-cita mereka belum kesampaian jadi artis. Mungkin stasiun teve lagi pada sibuk kali yah….  Artis-artis ini luput diliput.

Pada dasarnya panggung hiburan adalah realitas kepalsuan dan kepura-puraan. Kenyataan tidak pernah tampak sebagaimana adanya karena kenyataan dihadirkan tiruan dari kehidupan. Lancung malulu ditampilkan.  Apa indahnya menonton pernikahan Raffi Ahmad super mewah seharian! apa gunanya menyaksikan Ashanty  istri Anang Hermansyah Melahirkan! Apa pentingnya mendegar cermah ustads di teve yang hanya terpaku pada layar di depannya seolah-olah menghafal ayat al Quran dan Hadist dan Asyik mempermainkan agama sebagai Barang dagangan. Apakah wajar pemirsa disuguhkan pameran kekayaan artis dengan harga nominal pakaian mereka! Bukan lagi rahasia, teve sangat antusias menyiarkan pameran kekayaan antara Bella Shopie dan Roro Fitria dengan isi tabungan mereka masing-masing. 

Ternyata para pemirsa! kita disuguhkan dengan peluruhan kebenaran. Kebenaran diukur pada pencapaian material dan eksistensi tubuh. Mungkin benar adanya apa yang diutarakan St Sunardi bahwa tubuh merupakan representasi kenikmatan paling nyata. Tubuh yang dipoles dengan balutan make up,  tubuh yang dililit dengan kain sutra berhias mutiara dan tubuh dipersentuhkan dengan daging. Pamor pun dicapai dengan keningratan pengalaman kebertubuhan.
Bagaimana tidak, kehidupan glamour yang dipertontonkan oleh para artis sudah diluar kendali kehidupan normal. Tak ayal tubuh mereka disewakan untuk mendapatkan kenikmatan semalam sebagai pundi-pundi pemasukan. Kesemuanya dilakukan untuk menopang persaingan fashion dan Style di kalangan mereka yang berbiaya besar. Itulah yang menerpa Artis bernisial “AA” dan lain-lain. Kejadian yang menimpa “AA”, publik pun digegerkan dengan praktik prostitusi melibatkan para artis  pengusaha, dan pejabat negara.

Kasus “AA” hanyalah bagian terkecil perilaku yang tak senonoh para artis panggung hiburan di Indonesia. Masih segar di ingatan kita kasus yang menimpa Ahmad Fathana melakukan pencucian uang dengan perempuan-perempuan cantik di sekitarnya. Lihat saja film Ariel Noah Band bersama Luna Maya dan Cut Tari yang memerangkan film porn. Perilaku-perilaku semacam ini adalah hal lumrah di kalangan mereka. Jadi, Tak perlu risau dan kaget kalau ada kejadian seperti ini karena itu memang dunianya. Bisa jadi apa yang dikatakan Nikita Mirzani benar adanya  bahwa tindakan seperti itu wajar-wajar saja sepanjang tidak mengganggu kehidupan orang lain (kapanlagi.com). Mungkin itulah dunia di atas panggung. Penuh dengan sandiwara, Layakkah dijadikan figur ketika hidupnya penuh dengan glamour, harta melimpah, suka menyumban di bulan ramadhan, gonta ganti pasangan dan skandal seks. Mungkin itu sosok figure yang di idealkan oleh panggung hiburan. Dunia panggung yang dicipta manusia hasil cecap dari kebudayaannya sendiri.

 Yahh…..mungkin penulis terlalu sirik dengan kehidupan mereka hidupnya tak karuan itu..Hiks..hiks..hiks…. dan bisa jadi jika penulis dipanggil jadi Aktor juga ikut nimbrung disana.. wk..wk.. tapi, mana mungkin, muka saja pas-pasan.

Oleh : Sampean

Senin, 11 Mei 2015

KOIN

lirih
bertepuk
meringkih
semerbak wangi logam
menutup lubang hidung
gemerisik daun bertutur
mengulung pandang wangi
liur menetes, sajak mengepul lunglai
udara terasa pekat demi serbuk merah
kau timpal loteng rumah tetangga
ada tulang di rumah ku
cukup menyambung lidah mu
kemari
ambil  itu
sambung hajat mu
mungkin
kamu terlalu lelah
membawanya pulang
ahhh... itu
mungkin cukup sebatang


Oleha : Anonim
Yogyakarta, 10-05-15

Senin, 04 Mei 2015

Cinta, Tuhan, dan Perempuan

Aku berharap ada sosok menadah cinta sedang terjatuh dan menyelinap sebagai embun menghapus debu di ujung daun. Sebab, cinta terlalu sederhana untuk diungkapkan dengan kata apalagi dengan rintihan. Cinta tak butuh pendedah yang jelimet. Cinta hanya butuh tatapan mata dan rintihan tetesan hujan menghapus debu di wajahku. Biarkan cinta menubuh dan menebar kesejukan di saat kesunyian menerpa.
Jika kamu butuh pengakuan cinta dari ku, kamu tak perlu resah karena aku dari dulu mengakuimu sebagai kekasih. Cuma, kamu saja sulit memahaminya. Sekiranya cinta yang menggebu dalam jiwa turut menghasut untuk tak memilikimu. ku harap kamu paham yang aku rasakan. Andai kamu butuh pengakuan, ku harap kamu mengakui cinta yang ku beri. Cara ku mencintai mu mungkin tak lazim.
Bagaimana lagi, aku tak ingin memikatmu sekadar pengakuan dan mengikatmu dengan cincin. Bagi ku cinta yang seperti itu hanya memenjarakan. Kamu akan bersangkar emas beralaskan harapan palsu. Hingga pada akhirnya kamu terjatuh dan menetaskan air mata dan Kamu akan mengatakan "aku menyesal mencintai mu, kamu tak ubahnya dengan lelaki bejat sama dengan lelaki lain pada umumnya dan kamu tak menghargai perasaan perempuan". Sesungguhnya perkataan itu aku hindari. Bukannya aku menghindar dengan ketukan cinta mu. Tapi, itulah cara ku mencintai mu, aku menjaga mu dari pesakitan karena aku takut menyakitimu. Jika, aku menyakitimu sama halnya aku menyakiti rahim yang telah melahirkanku. Tapi, ku harap kamu tak mengacukanku, bagaimanapun aku akan datang menyambut mu sebagai teman hidup. Karena terlalu naif ketika aku harus menyebut mu sebagai kekasih. Sesungguh yang pantas menjadi kekasih manusia hanyalah Tuhan.
Mungkin kamu paham persoalan itu, ku tahu kamu adalah orang yang taat terhadap agamamu. Sementara, aku merajuk asa mengakui kesempurnaan agamaku. Aku berusaha meneguhkan keyakinan itu di balik kegelisahan yang selalu bertaluh. Kamu mungkin tidak pernah dihinggapi dengan keraguan sebagaimana aku meragukan Tuhanku.
Ketika kita bersama, kamu begitu zuhu menjalankan ritual agama mu. Terkadang aku iri dengan mu. Aku mengakui mencintai Tuhan ku, sementara aku sering lupa memanjatkan doa kepadanya. Mungkin Tuhan ku terlalu absurd bagi ku. bisa saja kamu beranggapan sama denganku. Sebab, Tuhanku tak pernah tersalib dan merasakan penderitaan manusia. Karena Tuhanku tak sekalipun di lahirkan, apa lagi berwujud manusia dan patung. Mungkin karena itu, Tuhanku menciptakan pertumpahan darah di antara pemeluk agamaku karena Tuhanku tidak pernah merasakan sakit dan terluka akibat sobekan luka pedang dan peluru.
Bisa saja, Tuhan ku tidak mengenal senjata mesin karena dia tidak pernah terlahir di zaman manapun. Sementara, zaman ini teknologi semakin aneh bahkan dia menandingi kekuatan Tuhan. Sekali letup, ribuan nyawa meregang sebagaimana di peragakan di Palestina, Nepal, suriah, Irak dan negeri-negeri muslim. Ahh.... Aku yakin Tuhan ku tak pernah menghendakinya. Sebab, Tuhanku sangat pemurah karena tak pernah pilih kasih kepada setiap hambanya. Walaupun, Hambanya berlomba-lomba menghujatnya tapi DIA selalu bermurah hati menghamparkan reseki kepada hambanya. Mungkin itu perbedaan Tuhan kita dari kasat mata dan pengetahuan kita terhadap Tuhan ku, Tuhan mu dan tuhan Kita. Maaf, aku sedikit rasis dengan membeda-bedakan wujud Tuhan dan membatasinya dengan frase-frase bahasa. Namun, itulah kenyataan manusia menyederhanakam-Nya ke dalam wujud bahasa dan dikonstruksi melalui pikiran manusia.
Sebenarnya aku menolak untuk menjelaskan-Nya dengan kata apalagi dengan kalimat. Karena ku yakin Tuhan hanya ada satu. Tuhanku dan Tuhan musama, cuma orang-orang saja yang membedakannya. Ku harap kamu mengakui bahwa kita satu keyakinan. Walau kita berbeda pandangan dunia. Kuharap cintaku berlabuh di pelabuhan yang tepat. Pengakuan cinta ku terhadap mu adalah peluh merajuk asa mencibir ketunggalan cinta. Ini cukup membahasakannya, kuharap kamu sudah paham perasaan ini. kamu tak perlu menggugat lagi. Nestapa yang kurasakan sudah cukup menyiksa, kini ku butuhkan belaianmu di saat sunyi. Sudah cukup bisikan hati menjadi musuh, luka yang nenar menyiksaku karena cinta yang mendua. Perasaan ini mengganggu ketenangan jiwa yang menghamba pada Tuhan.
**
Mata kita sering beradu, tatapan mu meresap ke dalam jiwa, menyimak rahasia belum terungkap. Rasa penasaran menjadi bayang-bayang kesepian, mulut selalu mangatup untuk mengungkap kata.  Sesekali kamu menyikut dengan sindiran, tapi aku tak pernah merasa bahwa itu aku. Sekiranya, aku tahu ada orang lain menjejakimu dan ingin merangkulmu dalam pelukan. Itulah sebabnya, aku diam dan berusaha menyelami dirimu sebagai perempuan yang penuh rahasia karena diri mu dan perempuan yang lain adalah teka-teki yang tak punya jawaban yang pasti.
Banyak orang mengatakan “perempuan butuh dibelai, dimanja, dijaga dan dikasihi”. Waduh begitu sederhananya perempuan itu. Perempuan terlalu lemah bagiku dari ulasan para pemuja perempuan. Kasihan perempuan-perempuan itu selalu dikucilkan dan diperlakukan  hanya sebagai pelengkap. Perempuan dijadikan sebagai pasangan hidup tak ubahnya sebagai asesoris. Lihatlah para lelaki mu! Sadarilah perlakuannya apakah dia menjaga mu dengan menikmati tubuh mu dan mencumbuimu sebagaimana permintaannya. Kamu hanya bermodalkan pengakuan pacaran, kamu sudah berserah diri kepadanya. Naïf bagi ku menerima semua ini. Apakah ini namanya menjaga perempuan atas nama pacaran dan cinta! Cinta yang seperti terlalu sulit untuk dimaknai, terlalu dekil untuk dihayati.
“Aku mencintamu, tapi jangan pinta aku seperti lelaki yang lain memperlakukan perempuan” caraku mencintamu dengan tidak memilikimu. Itu cara yang paling tepat untuk menjagamu. Maaf, jika selama ini  hanya senyum terumbar dalam diriku dan selalu diam di dekatmu. Sekali lagi, itu cara memuliakan mu. Cinta kasih adalah perasaan hati harus diungkapkan dengan hati sebagaimana penerimaan yang tulus atas hadirmu dalam diriku. Keterpisahan bukan jaminan untuk meredupkan bara cinta. Tapi, keindahan sesungguhnya di saat kita sedang berjuang meraih cinta. Jadi, biarkanlah kita selalu terpisah dan cinta selalu mekar di hati kita masing-masing. Dengan mencintaimu, aku memuliakan Tuhan karena di setiap rahim perempuan adalah perajuk kehidupan. Tanpa rahim perempuan kehidupan tak pernah ada.


Sampean  
Yogyakarta, 3 Mei 2015