Sabtu, 08 September 2012

INspirasi Tokoh


SOSOK MUHAMMAD HATTA SEBAGAI TELADAN
UNTUK ULANG TAHUN KE-67 REPUBLIK INDONESIA

Muhammad Hatta merupakan bapak proklamator Republik Indonesia. Beliau adalah salah seorang yang sangat berjasa bagi bangsa ini dalam mewujudkan kemerdekaan. Sebagai pendiri bangsa Muhammad Hatta merupakan sosok yang patut untuk menjadi teladan bagi kita semua. Dengan menegok usia kemerdekaan Indonesia yang sudah 67 Tahun, etos perjuangan beliau masih kita rasakan hingga hari ini.
Gagasan-gagasan beliau masih terpatri dalam perjalanan pembangunan bangsa ini, termasuk pendirian koperasi untuk membantu usaha-usaha mikro, gagasan beliau ini langsung menyentuh kepada masyarakat kecil walaupun dalam pengimplementasiannya masih belum maksimal sebab di mamfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kontribusi beliau tidak hanya sampai disini, tetapi ini merupakan salasatu sumbangsih beliau  terhadap bangsa ini. Namun yang paling penting adalah sumbangsih beliau dalam mewujudkan kemerdekaan hal ini tidak lepas dari etos perjuangan beliau dalam melawan para kolonial dalam bentuk literasi, diplomasi dan peperangan.
Sebagai seorang wakil presiden yang pertama dan memiliki ide-ide yang cemerlang dalam diri beliau tertanam jiwa keteladanan yang patut untuk menjadi cermin bagi pemudah bangsa saat ini di usia yang ke 67 Tahun.
Muhammad Hatta merupakan sosok yang sangat sederhana dan bersahaja. Kehidupan beliau tidak hidup dalam kelimpaharuan kekayaan negara dan memfaatkan kekayaan negara untuk kepentingan pribadi. Sebagai seorang wakil presiden beliau hanya menerima gaji pensiun sebesar Rp. 3.000, per bulan. gaji pensiun inilah untuk menghidupi keluarganya. Namun dari gaji pensiun ini tidak cukup untuk menghidupi keluarga beliau sehingga beliau bergantung pada pendapatannya dari penulisan artikel di berbagai media cetak.
Namun paling mengherankan bagi kita semua adalah beliau tak mampu membeli sepatu idamannya yang terbuat dari kulit Bally  memiliki harga cukup mahal. Walaupun beberapa Tahun beliau menabung untuk sandal itu, tak kunjung juga cukup,  hingga akhir hayat beliau tidak bisa memiliki sandal itu karena tabungannya tidak cukup. Hal ini memberikan kita sebuah gambaran kesederhanaan beliau. Sebagai seorang wakil presiden untuk membeli sandal mewah sebenarnya tidak seropot itu untuk memilikinya. Karena kebutuhan beliau pasti di tanggung oleh negara.
Salasatu faktor tabungan beliau tidak cukup untuk membeli sandal idamannya adalah beliau selalu memberikan uangya kepada orang yang membutuhkan. Hal ini memberikan bukti bahwa beliau sangat dekat dengan rakyat  dan selalu memikirkan nasib rakyatnya.  Beliau adalah sosok yang sangat bersahaja dan terbuka untuk semua kalangan. Beliau sabagai seorang yang peduli dengan rakyat tercermin dari gagasan-gagasan beliau yang berpihak pada rakyat kecil. Sosok beliau sangat bersahabat dengan rakyat.

Kondisi Birokrat Indonesia
Tak terasa waktu usia bangsa ini telah melebihi setengah abad lepas dari para kolonial atau para penjajah. Namun kondisi bangsa manusia masih terseot-seot dalam menyusun arah dan tujuan bangsa. Arah pembangunan yang semakin tidak jelas seperti pengangguran semakin merajela, kemiskinan semakin meningkat dan utang bangsa ini semakin melambung telah mencapai angka yang tidak bisa lagi di tolerir sebab telah mencapai ± Rp. 1700 rupiah. Problem kebangsaan semakin kompleks. Kebebasan yang kita rasakan saat ini berat rasanya harus memakui bahwa kita telah bebas dari belunggu penjajahan sebab kita masih didikte kebijakan asing.
Dengan suguhan berbagai permasalahan yang belum juga usai. Indonesia telah di gegerkan berbagai macam kasus Korupsi. Rentetan-rentetan kasus Korupsi melibatkan para pimpinan negara dari atas ke bawah, melibatkan istana dengan dugaan korupsi berbagai proyek pemerintah seperti kasus Century, di kasus hambalang, wisma Atlet, korupsi pengadaan Al Quraan dan kasus pembangunan dan transmigrasi daerah tertinggal. Kasus ini tak kunjung memiliki titik cerah untuk penuntasan kasus korupsi semuanya abu-abu. Kobohongan publik terjadi dimana-mana. Masyarakat menjadi bingun  bahkan respek terhadap bangsa semakin menurun katanya tidak ada lagi yang bisa kita harapkan di kalangan pejabat karena mereka hanya memperkaya diri.
Menengok kedalam badan legeslatif yang berfungsi sebagai badan pengawas atau fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah. Harapan yang menjadi pupus dari sikap para anggota legeslatif berlomba untuk memperkaya diri sendiri, para anggota DPR bersaing membuat studi banding ke luar negeri mengatasnamakan kepentingan negara namun keluarga pun ikut dengan biaya negara. Dalam menyusun rancangan undang-undang masih belum memperlihatkan keberpihakan kepada rakyat. Rancangan undang-undang pun bertumpuk di atas meja mereka namun mereka tak pernah risau dengan tumpukan itu tetapi mereka hanya risau dengan  kepentingan partainya dalam menyambut pemilu di Tahun 2014.
Dengan kemewahan dan pemanjaan yang di berikan oleh negara para anggota DPR masih saja  belum puas dengan gaji dan tunjangan yang di berikan kepada mereka. Di tubuh legeslatif kasus korupsi menjadi hal yang wajar dan sangat lumrah sebab mereka menjadi selebritis. Kebohongan menjadi sarapan yang terlontar ke media untuk mengelak dari sangkaan walaupun sudah terbukti bersalah namun masih saja mangkir dengan kesuciannya yang telah dilakukan. Angelina Sondak misalkan dia tidak pernah mengaku terlibat dalam kasus hambalang namun nyatanya menjadi tersangka. Sosok putri Indonesia tak beradaya menghadapi bukti yang di temukan oleh KPK. Keterlibatan anggota DPR semakin merajela dari kasus pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan, Nazaruddin dalam kasus Hambalang dan wisma atlet. Namun, intinya bahwa badan legeslatif menjadi sarang korupsi.
Pemandangan serupa yang terjadi pada institusi hukum  atas tertangkapnya hakim tipikor yaitu Heru Kusbandono dan Hakim Kartini Juliana Magdalena Marpaung. Kasus ini memperparah penegakan hukum di Indonesia. Sebab, institusi hukum merupakan ruang suci suatu bangsa telah ternodai oleh berbagai kasus penyuapan. Instutisi kepolisian di gegerkan dengan kasus simulasi SIM yang di lakukan oleh petinggi POLRI. Semua yang di lakukan hanya untuk memperkaya diri. Lagi-lagi harta dan uang menjadi kuasa untuk memenuhi hasrat. Uang telah menjadi pengganti Tuhan atas kekuasaanya sebab uang adalah segalanya.
Dengan berbagai masalah di berbagai lembaga pemerintahan, masih ada yang belum luput dari ingatan kita curahan hati seorang pak presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) ketakutan yang mengahdapi ancaman teror dan namun yang paling miris di telinga kita orang nomor satu RI ini curhat belum mengalami kenaikan gaji. Seorang pimpinan negara menuntut untuk di biaya negara berarti pengabdian beliau masih di pertanyakan terhadap negara. Intergritas beliau di pertanyakan dalam membela dan mensejahterahkan rakyat. Jika seandainya gaji presiden sangat kecil dan fasilitas yang sangat sederhana masih adakah yang mau jadi presiden!
Jiwa kesederhanaan dan merakyat  di kalangan para  birokrat kita sekarang masih perlu di pertanyakan. Apakah mereka  betul-betul mengabdi kepada negara ataukah mereka datang hanya  memperkaya diri atas nama rakyat.

Spirit Muhammad Hatta kado ulang tahun Indonesia ke-67
Dengan merefleksi kondisi bangsa ini yang telah menggapai usia yang ke-67 ini. Para birokrat hanya merefleksikan kemewahan dan memamfaatkan posisinya untuk mengerus kekayaan negara. Hal ini merupakan hal yang ironis sebab mereka sangat jarang berpikir untuk bagaimana menyalamatkan negara ini dari lubang hitam kemiskinan.
Dengan berbagai macam problem yang di hadapi oleh bangsa saat ini. Spirit founding father bangsa ini bisa menjadi contoh kepada birokrat-birokrat saat ini bagaimana beliau sangat bershaja kepada rakyatnya dan selalu memikirkan nasib bangsa ini dengan berbagai lewat dengan gagasannya. Selain itu, dengan jiwa kesederhanaannya beliau menolak kenaikan gaji pensiun yang melebihi standar gaji pensiun sebesar yaitu Rp. 3000 dan pada waktu itu gaji pensiun ini tidak cukup membiayai keluarganya beliau hanya mengandalkan tulisan-tulisannya di media cetak. Jika di bandingkan dengan para pempinan negara dan daerah saat ini sangat berbanding terbalik yang di perlihatkan oleh beliau.
Di usia yang ke-67  bangsa ini semoga spirit Muhammad Hatta menjadi kado bagi bangsa ini untuk menjadi teladan bagi para birokrasi kita dan terkhusus pada generasi mudah semoga jiwa dan spirit tetap terpatri dalam jiwa kita semua. Jaya Indonesia ku satukan energi majukan negeri, engkaulah kebanggaanku.

Study literatur sosial


REVIEW BUKU : TEORI-TEORI KEBUDAYAAN

Judul Buku   : Teori-teori kebudayaan
Penulis          : Herwanto, Nurul Huda, Bima Saptawasana, Haryanto Cahyadi, dkk.
Editor           : Mudji Sutrisno & Hendar Putranto
Penerbit        : Kanisius (Anggota IKAPI)
Tebal             : 403 lembar
Harga            : Rp. 66.000

Setangkai bunga bisa membawa makna romantisme sebagai tanda kasih sayang yang di berikan kepada seseorang. Namun setangkai bunga itu bisa menjadi tanda persembahan kepada orang yang telah tiada. Rangkaian menebarkan keindahan bagi yang memandangnya, gadis akan luluh dengan persembahan bunga sebagai tanda cinta. Begitupun buku teori-teori kebudayaan ini bisa mengantarkan kita pada sebuah cakrawala yang luas terhadap perkembangan pengatahuan. Buku ini terangkai dari kumpulan makalah yang fokus membahas teori-teori kebudayaan  kontemporer. Buku ini menyadarkan kita sebuah perkembangan diskurus pengetahuan barat yang belum kita pahami secara utuh. Buku ini akan membawa kita pada serangkaian kutub untuk memahami tatanam sosial.
Buku ini menyegarkan dahaga akan keterbatasan literatur tentang teori-teori barat khususnya pada bidang kebudayaan. Buku ini merupakan pangantar teori kebudayaan terkhusus pada kajian strukturalisme. Selain itu buku ini membahas teori kebudayaan kontemporer. Dari serangkaian makalah terkumpul menjadi sebuah kesatuan buku yang terdiri dari 17 bab yang terdiri dari tiga bagian yaitu pertama, merupakan pengantar untuk masuk ke dalam teori kontemporer sebab dalam bagian pertama ini merupakan pembahasan teori kebudayaan klasik dengan mengulas pandangan kaum marxis dan pandangan Talcot Parson. Penjelasan kaum marxis di gunakan pisau kritik terhadap ideologi kapitalisme bahwa kehidupan merupakan sebuah proses dialektika yang pada akhirnya akan mepcitakan sebuah tatanam yang humanistik atau masyarakat tanpa kelas dan tanpa penindasan namun dalam perspektif bahwa lain kehadiran Talcot Parson bahwa tatanam sosial ini merupakan keadaan yang ajek. Teori Talcot Parson ini di kenal sebagai hukum Cybernetica socius atau biasa di kenal taori AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latency). Harapan dari Parson dari teori ini bahwa dengan teori ini mampu menjelaskan permasalahan sosial yang ada di dunia saat ini sehingga menurut dia teorinya bisa  digunakan sebagai metode analisis.
Dalam tulisan selanjutnya kedua teori ini mencoba di transformasikan ke dalam konteks keindonesiaan dengan berbagai macam pendekatan seperti Marxisme, fungsionalisme Parsonian, Durkhemian, fenomenologi dan etnomerodologi, struktaralisme, dan pasca strukturalisme. Kemudian  dalam bagian ini juga memperkenalkan para tokoh-tokoh pendiri dari strukturalisme khususnya Levis Strauss.
Kemudian bagian kedua bagian ini menjelaskan kebudayaan di analogikan sebagai teks bahwa kebudayaan merupakan sebuah rangkain cerita yang bisa di tafsirkan seperti teks kemudian dalam bagian ini di lengkapi dengan mengunakan pendekatan psikonalisis Frued terhadap peran dan status individu dalam sebuah kebudayaan.
Bagian, Ketiga dalam buku ini membahas tentang kebudayaan modernisme pascamodernisme  sebagai respon terhadap dunia yang retak karena dalam tulisan ini merupakan kritikan terhadap sebuah status quo. Kemudian dalam pembahasan selanjutnya yaitu membahas peran dan identitas perempuan di ranah sosial yang selama ini mengalami penindasan akibat dari sebuah konstruk sosial. Dalam tulisan tersebut menantang kita untuk membuka cakrawala kita terhadap pandangan terhadap perempuan dan kebutuhan akan hal yang normatif.
Satu hal yang tersulit dalam buku ini adalah memahami secara utuh sebab buku ini merupakan bacaan tingkat lanjut sebab dalam buku ini membutuhkan buku yang bahasanya yang lebih ringan dan dalam menjelaskan kebudayaan. selain itu, dalam buku ini bersentuhan dengan teori-teori kontemporer dalam membahas kebudayaan masih sulit untuk di pahami  untuk pemula yang seperti saya ini.
Sekian atas ketidaksempurnaan resensi ini sebab aku berada pada ketidaksempurnaan itu untuk meresensi buku ini karena keterbatasan saya dalam memahami buku ini sekian dan trimah kasih.
sAmPeAn