Senin, 23 April 2018

KETIKA ESOK TIADA

Aku ranting yang terpapar api. Sekujur tubuhku dipenuhi nyala, rona merah menjilat langit-langit. Di malam kali ini, aku ranting yang telah jadi abu. Aku terbang bersama angin mencarimu. Pada malam yang kalap ini, aku terdampar di suatu kota kecil, Bogor. Orang - orang di kota ini, senang sekali mengejar waktu, tergesa,  kerap kali pula, terhenti. Mereka senang sekali membuang waktunya, sia- sia.

Kamu tahu kan, arti sia-sia ; berumur  panjang tanpa pekerjaan, menghabiskan waktu bermain-main, menyisakan waktu di jalan. Aku disini, Din. takluk oleh waktu. Aku ingin menepi, menemui dirimu, secepat mungkin. Aku takut, esok tiada lagi, tanpa menatap matamu. Di matamu, aku melihat purnama yang berpendar untuk hari esok. Aku takut, Din, usia ku makin pangkas oleh waktu, aku belum sempat bertemu kembali. Semenjak perpisahan, di halaman rumahmu, di bawa pohon sukun, di lingkaran taman yang kamu rawat di saban pagi dan sore, aku takluk dengan kesepian.  Ia kerap kali menyergap ku tiba-tiba. Aku berusaha, memadamkan kesepian itu serupa aku memadamkan api di tubuhku, malam ini. Aku kalah, kesepian  terlanjur mengendap dalam tubuhku, rindu telah mengaduknya, bayanganmu datang seketika menampar ku. Aku tidak  tahu, kekerasan ini berhenti sampai kapan.






Kamis, 19 April 2018

PERJALANAN PULANG YANG BAHAGIA



Semuanya berasal dari-NYA dan akan pulang pada-NYA. Selamat Jalan Nur Khofifah Bahru. Kamu meninggalkan jejak masa silam yang bertumpu pada kehendak Ilahi. Kamu abdikan diri pada kerja ke-ummatan : mendidik anak jalanan, berkecimpung diorganisasi keagamaan. Jiwamu kamu sinari dengan cahaya ilahi.

Dari jejak yang kamu tapaki, Aku mengenalmu sebagai sahabat dan  rekan kerja di kepengurusan lembaga Kajian Ilmiah mahasiswa Bertaqwa Universitas Negeri Makassar [LKIMB UNM] sebagai anggota keputrian. dikau dan kawan – kawan menopang langkah LKIMB, bangkit kembali. Semangat dan perjuanganmu menyatu dalam kolektivitas membangkitkan LKIMB yang kalap menyambut perubahan situasi kampus dan krisis kepemimpinan. LKIMB waktu itu, terancam dibubarkan oleh Pembantu rektor tiga (III) yang baru. LKIMB salah satu UKM yang tidak produktif dalam kegiatan kemahasiswaan.

Kepengurusan waktu itu, di bawah pimpinan Baihaqi Zakaria menjaga tali persaudaraan dan persahabatan menyolidkan kepengurusan. Setiap kegiatan LKIMB kamu selalu berkontribusi dalam kepengurusan LKIMB. Meskipun, dirimu sedang sakit. Dua tahun bersama LKIMB di struktur kepengurusan bukan jalan yang mudah. Di sana, selalu ada rasa kecewa, dongkol, jengkel entah kepada sesama pengurus atau pada kader. Satu di antara yang paling berat di LKIMB adalah menyandang “kebertaqwaan”. Inilah prinsip spiritualitas yang disandang baik sebagai kader terlebih bagi pengurus. Nilai-nilai ini pula yang kamu tanamkan dalam dirimu, di Pasca kepengerusan Baihaq, dikau didaulat sebagai ketua keputrian LKIMB. Bagi kami, dikau representasi kebertakwaan itu dan jiwa yang tenang dalam memimpin sahabat-sahabatmu.

Ada banyak kenangan bersamamu yang menjelma menjadi kisah klasik di LKIMB.

Selamat Jalan Khofifah/Dikau mendahului kami/pulanglah dengan jalan bahagia.

Dikau sudah jadi akar..

Akar bagi ibu bumi

Akar bagi keluargamu

Buku tulis di bumi, dikau tamatkan lebih awal.

Kami masih punya lembaran kenangan yang mesti kami pahat, lagi.

Selamat Jalan kawan

Baiklah-baiklah di sana.

Terima Kasih, dikau telah abdikan dirimu bagi LKIMB.

Semoga amal dan ibadahmu diterima Allah SWT dan bersama orang-orang yang dicinta-NYA.

Semoga keluargamu dan sahabatmu diberikan ketabahan dan keikhlasan atas perpisahan ini. Amiin. Alfatiha.






Minggu, 04 Maret 2018

Sudah Tiba Waktunya

Suratan darimu sulit aku baca
tawamu yang silam akhir dari perpisahan kita
aku raba tanganmu sungguh kasar
genggamanmu tidak sekuat dulu lagi
tanganmu sudah bergetar dan engkau sesekali rasakan sakit
Aku sudah tahu, umur ayah tidak panjang lagi

ada yang pilu, ketika ayah melukai kaki sendiri
tanganmu sudah kehilangan nafasnya
batinku tersayat  belati...
kuambil pisau dan pemotong kuku darimu
kuusap darah yang mengucur
kubersihkan kukumu dari kotoran yang menghitam

Itu akhir kebersamaan kita, Yah
menasehatiku
bercanda
tertawa

Setelah itu, Ayah tidak pernah lagi
menatap mataku, sampai kita benar-benar berpisah selamanya.





Kamis, 01 Maret 2018

Ketika musim hujan

Di kaos kakiku selalu ada tamu yang berkunjung
Bunga-bunga neraka
Mereka kusuguhi
Susu kambing
Mungkin itu sudah cukup menjamu
Ricik-ricik hujan