Senin, 11 Februari 2013

SOSIOLOGI KEPENDUDUKAN


PROBLEM KEPENDUDUKAN INDONESIA
Sampean
096614128
A.           Latar Belakang
Jumlah penduduk di Indonesia pada Tahun 2010 telah mencapai 237.641.326 orang. Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi yang keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Tingginya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami sebuah resiko tersendiri dengan munculnya berbagai persoalan yang di hadapi oleh bangsa ini. Tingginya jumlah penduduk yang di alami oleh Indonesia tidak di sertai oleh penyebaran penduduk yang merata dengan melihat luas wilayah Indonesia yang ada. Sebab jumlah penduduk yang terbesar di Indonesia berada di daerah Jawa. Selain pusat pembangunan tidak merata di setiap provinsi dan daerah sehingga masyarakat untuk melakukan migrasi. Kondisi ini menunjukkan kepadatan penduduk di Indonesia tidak seimbang. Dari ketidakseimbangan ini memicu berbagai persoalan masalah kependudukan di Indonesia.
Persoalan kependudukan ini telah di ungkapkan oleh Malthus bahwa jumlah penduduk yang besar atau pertumbuhan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan krisis pangan sebab jumlah penduduk yang besar yang tidak di barengi dengan pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan sebuah kemiskinan pada suatu Negara.  Wabah kelaparan akan menjadi semakin meningkat sebab keterbatasan ketersediaan pangan.
Dengan ledakan jumlah penduduk yang sulit di kendalikan namun sebaliknya lahan pertanian dan perkebunan semakin sempit karena banyak wilayah Indonesia menjadi beralih fungsi pemukiman karena keterbatasan wilayah. Hal ini sangat Nampak bahwa kota-kota di Indonesia berdiri di atas areal persawahan dan rawah. Dampak dari pembangunan pemukiman ini yang tidak terencana akan mengakibatkan banjir sebab wilayah penyerapan air telah menjadi dangkal, sehingga mengakibatkan air meluap. Pemandangan ini bisa kita lihat-lihat kota besar di Indonesia seperti Jakarta yang telah berubah dengan belantara gedung yang setiap Tahunnya di landa banjir.
Dari faktor ini juga sumber pendapatan Negara dari hasil pertanian khususnya sumber kebutuhan pokok seperti padi semakin menurun dari tahun 2010. Produktifitas Padi mencapai 66, 47 juta ton di prediksi akan menurun pada tahun 2011 sebesar 1, 67 persen atau setara dengan 1,08 juta ton. Penurunan ini di akibatkan oleh pengurangan jumlah wilayah persawahan yang di gunakan untuk daerah pemukiman dan industry. Jika di bangdingkan pada era pemerintahan  Suharto Indonesia mampu menjadi Negara swasembada beras karena jumlah wilayah persawahan dan pertanian belum beralih fungsi.
Krisis ini semakin Nampak keluarnya sebuah kebijakan pemerintah saat ini dengan mengimpor Beras dan kedelasi untuk memenuhi pasokan beras dan kedelai dalam negeri karena produktivitas padi dan kedelai dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan konsumsi dalam negeri. Hal ini tidak lepas dari jumlah penduduk  yang semakin meningkat.
Ledakan penduduk yang terjadi di Indonesia memicu terjajdinya pemukiman-pemukiman yang kumuh dan berdesak-desakan akan mengakibatkan tingkat kesehatan semakin rendah selain itu pembiayaan terhadap kesehatan semakin meningkat. Jumlah pengangguran semakin tinggi dengan ketersediaan lapangan kerja yang sangat minim. Berkaitan dengan pemukiman yang padat merupakan sebuah ilustrasi terhadap proses migrasi yang tidak merata di Indonesia yang memicu permasalahan yang baru.
Dengan berbagai macam ilustrasi Masalah kependudukan yang telah terjadi di Indonesia pada dasarnya merupakan permsalahan yang sangat sederhana akan tetapi memiliki dampak yang cukup besar. sebab mengakibatkan ketidakseimbangan suatu Negara dalam upaya pembangunannya. seperti yang di alami Indonesia saat ini. Hal ini bisa kita lacak dari permasalahan kependudukan di Indonesia.

B.            Permasalahan Kependudukan di Indonesia
1.        Jumlah dan Pertumbuhan penduduk
Perkembangan jumlah penduduk  di pengaruhi oleh tiga factor yaitu  tingkat kelahiran, kematian,  dan migrasi. Peristiwa kelahiran akan mengubah sebuah keadaan komposisi penduduk suatu Negara atau daerah sebab angka kematian akan menambah kuantitas penduduk. Selain itu, kematian  dapat menambah jumlah penduduk suatu Negara apabila tingkat kematian sangat kecil akan tetapi jika jumlah kematian rendah akan mengakibatkan kuantitas jumlah penduduk suatu Negara sedangkan migrasi memiliki juga pengaruh sebab migrasi akan menambah jumlah penduduk  pada daerah yang di tuju sementara daerah yang di tinggalkan akan mengalami pengurangan penduduk. Selain itu fungsi migrasi yaitu untuk melakukan pemerataan penduduk. Selain dari akibat langsung yang di timbulkan oleh factor pertumbuhan penduduk ini. Pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan ketidakseimbangan social seperti masalah ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Pengaruh ini bisa kita lihat dari pertumbuhan penduduk Indonesia.
Pada tahun 2010 jumlah final pertembuhan penduduk Indonesia 237.641.326 orang yang terdiri dari laki-laki  sebanyak 119.630.913  orang  dan  perempuan  sebanyak  118.010.413 . Jumlah  itu  tersebar di 33 provinsi dimana sekitar 57 persen dari  jumlah  penduduk  tersebut  tinggal di Pulau Jawa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia 10 tahun terakhir ini mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 1, 49% pada periode 10 tahun sebelumnya 1990 -2000. Laju pertumbuhan penduduk pertahunnya sekitar 1,44%. Piramida  penduduk  Indonesia  tahun  2010  termasuk  tipe  expansive,  dimana sebagian  besar  penduduk  berada  pada  kelompok  umur  muda.  Bagian  tengah  piramida cembung dan bagian atas cenderung meruncing. Dengan model yang seperti ini akan mengakibatkan sebuah risiko ketersediaan lapangan kerja yang memadai sebab usia mudah merupakan sebuah usia yang sangat produktif  akan tetapi keterbatasan lapangan kerja akan mengakibatkan beban produktif karena akan menciptakan pengangguran di usia mudah.
Namun disisi yang lain merupakan sebuah keuntungan pada pihak pengusaha dan industry karena ketersediaan tenaga kerja semakin banyak dengan jumlah upah atau gaji yang rendah membuka ruang untuk eksploitasi terhadap tenaga kerja sebab kesempatan kerja sangat sedikit dan daya saing semakin tinggi.
Selain itu angka ketergantungan terhadap masyarakat pada usia produktif juga ikut berpengaruh dalam sebuah pertumbuhan penduduk. Sebab  usia yang tidak produktif lagi akan mejadi beban bagi usia yang produktif dengan mengurangi rasio produktif dan meningkatkan tingkat konsumsi, selain itu usia senja menambah beban Negara dalam pembiayaan kesehatan bagi usia lansia.
2.        Kelahiran dan Kematian
Kelahiran adalah ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) dan angka kelahiran menurut umur atau Age Specificity Fertility Rate (ASFR) . Berdasarkan dua kondisi di atas dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait dengan SDM) sebagai berikut :
a)    Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal  penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatanketimbang aspek intelektual.
b)   Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
Jika ASFR terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin menurun. Jika  Kematian adalah ukuran tingkat kematian yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR), Karena IMR merupakan salah satu indikator yang penting yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Di samping itu IMR dapat di pakai sebagai alat monitoring situasi kependudukan sekarang maupun sebagai alat untuk mengidentifikasi kelompok umur penduduk tertentu yang mempunyai resiko kematian tinggi. 
Masalah yang muncul akibat tingkat mortalitas adalah :
a)    Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan.
b)    Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang memadai bagi anak-anak (Balita).
c)    Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi Indonesia dimata dunia. 

C.           Dampak Permasalahan Kependudukan terhadap pembangunan
Kecepatan pembangunan suatu Negara akan bergantung pada kualitas penduduknya sebab penduduk merupakan subjek sekaligus objek dalam pembangunan. Sehingga kualitas penduduk terus di dorong untuk maju untuk melakukan rekayasa terhadap sebuah kondisi social seperti pemberdayaan penduduk melalui pendidikan dan pelayanan kesehatan yang mendukung.
Pemberdayaan sumber daya alam sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas penduduk dalam mengolah sember daya alam tersebut. Namun dalam konteks keindonesiaan kuantitas jumlah penduduk Indonesia sangat tinggi akan tetapi tidak di barengi dengan perkembangan kualitas individu penduduk sehingga mengalami sebuah ketimpangan. Akibatnya sumber kakayaan alam Indonesia yang melimpah di olah orang asing sehingga devisa Negara semakin berkurang sebab pendapatan Negara hanya pada pendapatan pajak selebihnya itu di ambil oleh asing.
Hal ini terjadi karena keterbatasan orang-orang Indonesia menguasai teknologi dan pemerataan pendidikan masih sangat rendah. Untuk saat ini perlu di gunakan sebuah indicator bahwa  buta huruf saat ini bukan lagi orang yang tidak mampu membaca dan menulis akan tetapi adalah orang-orang yang tidak bisa mengunakan dan mengoprasikan  teknologi. Selain itu akses untuk menjangkau perkembangan teknologi sangat tinggi sehingga sulit di jangkau oleh-oleh orang-orang Indonesia.
Peningkatan jumlah kesejahteraan di Indonesia adalah merupakan sebuah persoalan dan menjadi sebagai sebuah beban yang dianggap serius sebab saat ini Indonesia tingkat pendapatan Per-Kapita yang rendah,   dan banyak masyarakat yang belum bisa hidup yang layak dan banyak usia yang produktif masih sangat bergantung sama orang tua.
Angka kemiskinan yang di keluarkan BPS RI Jumlah  penduduk  miskin  di  Indonesia  pada Maret  2012  mencapai 29,13  juta  orang  (11,96  persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan  penduduk miskin  pada  Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Namun, angka ini tidak berarti apa-apa sebab angka ini secara kasat dalam masyarakat tidak mengalami perubahan apa-apa dengan melihat biaya kesehatan yang semakin sulit di jangkau oleh masyarakat kalangan bawah begitupun pendidikan. Sehingga fasilitas Negara sebenarnya hanya bisa di nikmati oleh oleh kalangan tertentu.

D.           Kesimpulan
Banyak persoalan yang di hadapi oleh bangsa saat ini tidak lepas dari sebuah perkembangan penduduk yang terus meningkat dan penyebaran penduduk yang tidak merata sehingga memicu terjadinya gerak mobilitas yang sangat lambat dan jumlah pengangguran yang semakin tinggi, kesehatan yang rendah karena tingkat kematian bayi yang tinggi dan tingkat kematian usia mudah juga relative tinggi sehingga akan memperlihatkan keburukan pelayanan kesehatan.










Daftar Rujukan

Badan Pusat Statistik.2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta. (Februari)
Badan Pusat statistic.2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia (Maret)
Badan Pusat Statistik.2012. Berita Resmi Statistik. No. 45/07/Th. XV, 2 Juli 2012
M. Henslin, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga
Sumanto, kamanto. 2008. Pengantar Sosiologi.





Internet/artikel/jurnal :




Jumat, 08 Februari 2013

Filsafat PAPAN: Pentingnya Wadah

 Filsafat Papan: Pentingnya Tempat Tinggal
Sejarah manusia adalah sejarah perjuangan untuk beradaptasi menaklukkan alam. Semua itu di lakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal yang fundamental pada diri manusia untuk bertahan hidup ketika mampu memenuhi kebutuhan primernya yaitu sandang, papan dan pangan. Ketika hal ini merupakan suatu penopang kehidupan manusia di muka bumi maka ketiga  hal ini mesti terpenuhi. Salasatu diantaranya adalah papan yang berhubungan dengan kebutuhan tempat tinggal. Sejarah kehidupan manusia telah mencatat bahwa tempat tinggal  sangat berperan penting dalam proses beradaptasi dengan alam. Sebab,  tempat tinggal (Papan) menjadi wadah untuk berlindung dari kehidupan hewan yang buas, wadah untuk berlindung dari kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah, tempat mengumpulkan bahan makanan, melangsungkan kehidupan dan mengatur sistem sosialnya. Peranan papan ini berkembang sesuai dengan perkembangan pola pikir dan kebutuhan manusia. perkembangan ini kita bisa telisik dengan mengamati model-model bangunan yang ada di sekitar kita yang semakin maju.
Pada intinya bahwa fungsi Papan adalah sentrum kegiatan manusia. Ibnu Khaldun juga membahasakan bahwa puncak dari peradaban manusia adalah ketika menusia telah menetap dan memiliki pusat-pusat kegiatan yang terjewantahkan dalam masyarakat kota. Tapi jauh sebelum Ibnu Khaldun  membahasakan hal ini, Muhammad SAW telah menyadari sebuah pentingnya pusat-pusat kegiatan Islam untuk menyebarkan agama Islam. Kesadaran ini membawa nabi Muhammad Membangun Mesjid untuk di gunakan sebagai pusat kegiatan Umat Islam. Fungsi Mesjid bukan hanya sebagai tempat ritualitas. Akan tetapi Mesjid sebagai basis gerakan Material dan spiritual. Gerakan material merupakan fungsi mesjid sebagai tempat untuk konsilidasi dan musyawarah umat Islam membahas Problem dan dakwah penyebaran Islam. Sedangkan gerakan Basis spiritual, Mesjid digunakan untuk melakasanakan ritualitas umat Islam seperti pelaksanaan ibadah dan ceramah umat Islam.
              Berdasarkan deskripsi diatas, bahwa tempat tinggal (Papan) betapa pentingnya sebuah wadah atau tempat untuk menghadirkan pusat-pusat kegiatan untuk membangun, konsilidasi, dan menjalin hubungan solidaritas, egaliter dan fraternaity dalam membentuk jamaah yang terintegrasi.  Allah berfirman : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan akan mereka seperti suatu  bangunan yang kokoh. (QS. Ash Shaff 61:4). Rasulullah SAW telah memberikan gambaran kepada kita pentingnya membangun pusat kegiatan ummat, tanpa ada tempat, apakah bentuk rumah, masjid atau biasa yang dikenal dalam terminologi administrasinya adalah Sekretariat, maka sudah dapat dipastikan organisasi tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan konsolidasi, pengkajian apalagi membangun sebuah jamaah yang kokoh. Terkait dengan hal ini  salasatu sahabat nabi yaitu Ali bin Abu Thalib juga pernah mengatakan Bahwa kebenaran yang tidak terorganisir akan di kalahkan dengan kejahatan yang terorganisir. Hal ini di buktikan dengan keberadaan komunitas kreatif Zionis yang berhasil membentuk negara Israel dan memerangi Palestina.

Senin, 04 Februari 2013

Study literatur sosial


REVIEW BUKU : TEORI-TEORI KEBUDAYAAN

Judul Buku   : Teori-teori kebudayaan
Penulis          : Herwanto, Nurul Huda, Bima Saptawasana, Haryanto Cahyadi, dkk.
Editor           : Mudji Sutrisno & Hendar Putranto
Penerbit        : Kanisius (Anggota IKAPI)
Tebal             : 403 lembar
Harga            : Rp. 66.000
Setangkai bunga bisa membawa makna romantisme sebagai tanda kasih sayang yang di berikan kepada seseorang. Namun setangkai bunga itu bisa menjadi tanda persembahan kepada orang yang telah tiada. Rangkaian menebarkan keindahan bagi yang memandangnya, gadis akan luluh dengan persembahan bunga sebagai tanda cinta. Begitupun buku teori-teori kebudayaan ini bisa mengantarkan kita pada sebuah cakrawala yang luas terhadap perkembangan pengatahuan. Buku ini terangkai dari kumpulan makalah yang fokus membahas teori-teori kebudayaan  kontemporer. Buku ini menyadarkan kita sebuah perkembangan diskurus pengetahuan barat yang belum kita pahami secara utuh. Buku ini akan membawa kita pada serangkaian kutub untuk memahami tatanam sosial.
Buku ini menyegarkan dahaga akan keterbatasan literatur tentang teori-teori barat khususnya pada bidang kebudayaan. Buku ini merupakan pangantar teori kebudayaan terkhusus pada kajian strukturalisme. Selain itu buku ini membahas teori kebudayaan kontemporer. Dari serangkaian makalah terkumpul menjadi sebuah kesatuan buku yang terdiri dari 17 bab yang terdiri dari tiga bagian yaitu pertama, merupakan pengantar untuk masuk ke dalam teori kontemporer sebab dalam bagian pertama ini merupakan pembahasan teori kebudayaan klasik dengan mengulas pandangan kaum marxis dan pandangan Talcot Parson. Penjelasan kaum marxis di gunakan pisau kritik terhadap ideologi kapitalisme bahwa kehidupan merupakan sebuah proses dialektika yang pada akhirnya akan mepcitakan sebuah tatanam yang humanistik atau masyarakat tanpa kelas dan tanpa penindasan namun dalam perspektif bahwa lain kehadiran Talcot Parson bahwa tatanam sosial ini merupakan keadaan yang ajek. Teori Talcot Parson ini di kenal sebagai hukum Cybernetica socius atau biasa di kenal taori AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latency). Harapan dari Parson dari teori ini bahwa dengan teori ini mampu menjelaskan permasalahan sosial yang ada di dunia saat ini sehingga menurut dia teorinya bisa  digunakan sebagai metode analisis.
Dalam tulisan selanjutnya kedua teori ini mencoba di transformasikan ke dalam konteks keindonesiaan dengan berbagai macam pendekatan seperti Marxisme, fungsionalisme Parsonian, Durkhemian, fenomenologi dan etnomerodologi, struktaralisme, dan pasca strukturalisme. Kemudian  dalam bagian ini juga memperkenalkan para tokoh-tokoh pendiri dari strukturalisme khususnya Levis Strauss.
Kemudian bagian kedua bagian ini menjelaskan kebudayaan di analogikan sebagai teks bahwa kebudayaan merupakan sebuah rangkain cerita yang bisa di tafsirkan seperti teks kemudian dalam bagian ini di lengkapi dengan mengunakan pendekatan psikonalisis Frued terhadap peran dan status individu dalam sebuah kebudayaan.
Bagian, Ketiga dalam buku ini membahas tentang kebudayaan modernisme pascamodernisme  sebagai respon terhadap dunia yang retak karena dalam tulisan ini merupakan kritikan terhadap sebuah status quo. Kemudian dalam pembahasan selanjutnya yaitu membahas peran dan identitas perempuan di ranah sosial yang selama ini mengalami penindasan akibat dari sebuah konstruk sosial. Dalam tulisan tersebut menantang kita untuk membuka cakrawala kita terhadap pandangan terhadap perempuan dan kebutuhan akan hal yang normatif.
Satu hal yang tersulit dalam buku ini adalah memahami secara utuh sebab buku ini merupakan bacaan tingkat lanjut sebab dalam buku ini membutuhkan buku yang bahasanya yang lebih ringan dan dalam menjelaskan kebudayaan. selain itu, dalam buku ini bersentuhan dengan teori-teori kontemporer dalam membahas kebudayaan masih sulit untuk di pahami  untuk pemula yang seperti saya ini.
Sekian atas ketidaksempurnaan resensi ini sebab aku berada pada ketidaksempurnaan itu untuk meresensi buku ini karena keterbatasan saya dalam memahami buku ini sekian dan trimah kasih.
sAmPeAn