Selasa, 04 September 2012

Ratapan manusia Songong


Ratapan manusia Songong

sesak oleh rasa perih menyaksikan manusia dalam  tempurun dalam ruang-ruang kehidupan dimana hasrat berselingkuh dengan kekuasaan yang telah terbangun di ruang-ruang suci kemanusiaan. Kini intelektualitas telah tergadai oleh kepentingan politik dimana para cendikiawan menukar idealismenya dengan supucuk kertas. Harapan pun pupus di tangan para pemuda yang meniti karir di jalan-jalan yang berkoar dalam suasana momen sebagai sumber penghasilan. Ku tatap disampingku tak ada harapan untuk masa depan hanyalah binatang sadar yang tak sadar oleh kondisi, mereka hanya bernostalgia dengan permadani zaman. aku kembali pada diriku ternyata aku lebih hitam dari pada  mereka dari kekeringan jiwa yang tak sanggup ku raih hingga ku sandarkan diriku pada kegelisahan. Untuk  menguliti realitas yang begitu kejam membentuk mental manusia kepada asalnya.
Hakikat dunia ini mengajariku sebuah kebohongan dengan nalarku yang tak kunjung sampai pada sebuah hakikat kehidupan yang sebenarnya. Karena semua yang ideal adalah utopia bahkan teori para teoritikus hanyalah ilusi dari keidealannya dari ranah praksis.  Karena teori hanyalah seperangkat gagasan yang bergerak sesuai dengan kebinatangan manusia dan binatang yang termanusiakan.  Karena dunia ini memelihara kemunafikan diatas fakta yang terus begerak menuju sebuah kehancuran fisik. Hal ini kita tidak bisa pungkiri dari sebuah realitas konteks zaman saat ini. Dimana manusia lepas dari unsur keilahiannya yang terkungkung perkembangan modernitas dimana nalar kritis disimpang dalam kantongan produk.  Karena indikator-indikator  kebenaran yang sifatnya normatik dan abstrak diganti dengan materi yang bisa diukur dengan angka-angka. Kita bisa buktikan bahwa dunia saat ini telah menabung kemunafikan diatas fakta dengan melihat indikator persepsi tanda sebagai berikut :
Pakaian dan aksesoris, orang-orang  yang jujur adalah orang berpakaian rapih dengan harga yang sangat mahal itulah pemabawa kebenaran walaupun hasil rampasan sesamanya dengan dalih kepentingan bersama. Itulah yang terjadi di  birokrat-birokrat bangsa ini yang selalu menuangkan janji-janji pada poci  masyarakat yang kosong. Dan menjadi tuan dari budak-budaknya karena kebenaran bergantung kepadanya, masa depan budak ada di tangan tuan-tuang yang berdasi dalam bingkisan kekuasaan. Orang-orang yang mempunyai harkat dan kemuliaan ini dengan ukuran materilnya dia mengambil alih tugas-tugas Tuhannya karena keropatan Tuhannya untuk membagi kesejahteraan walau cukup dengan janji palsu yang telah menghangatkan orang-orang yang menghamba. Suratan takdir ada di tangan mereka. Pemandangan ini bisa kita nikmati saat kita menjadi budak-budak mereka. Keindahan pun kita rasakan dengan gulain tumpukan kesibukan dari kantor. inilah cagar-cagar rekreatif di milleu kantor  yang akan dikunjungi. Tapi hal ini tidak terjadi secara holistik akan tetapi hanya bersifat partikuler namun realitas ini bisa anda rasakan dengan menganalisis  sebuah realitas di lima langkah di depan penulis dengan di sebuah beground di institusinya.
Dakwa adalah sebuah proses penyampaian nilai-nilai kebenaran kepada khalayak atau publik untuk kemaslahatan umat. Penyampaian dakwa  selalu mengandung unsur-unsur kebenaran nilai-nilai moril. Istilah dakwa adalah sebuah risalah kenabian  untuk menyampaikan wahyu. Akan tetap istilah dakwa sering kali disempitkan  maknanya menjadi orang-orang yang sedang berdiri di mimbar-mimbar ibadah untuk mendapatkan pujian dari pesertanya.  alih-alih dakwa pun di plesetkan digunakan sebagai medium pembenaran terhadap sebuah kekeliruan.
Ibadah merupakan kegiatan-kegiatan suci yang dilakukan oleh ummat manusia  untuk menjalin komunikasi dengan Tuhannya demi kemaslahatan hambanya. Ibadah merupakan aktivitas-aktivitas  penyujian diri yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam merangkah  menggugurkan tanggung jawab sebagai mahluk ciptaan. Dari arti ini bahwa ibadah bermakna pada suatu kebaikan. Namun di ruang-ruang sosial saat ini ibadah hanya sebagai ritual atau hanya sebagai hal yang suci. Ibadah hanya sebatas aktivitas semata yang tak punya makna apa-apa sebab ibadah mereka merupakan hanya dalam bentuk yang nampak  atau ibadah tanda. Misalnya sebagai seorang muslim kita dituntut untuk menggurkan tanggungjawab kita dengan mendirikan shalat namun shalat kita hanya sebatas tanda  atau aktivitas biasa saja sebab shalat yang sering di lakukan hanya sebatas kepentingan individu dan bukan karena yang lain. Selain itu banyak yang shalat karena hanya untuk mendapatkan pujian.
Pendidikan saat ini memiliki tujuan yang mulia apalagi dalam pendidikan formal. Pendidikan formal manusia memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu hanya untuk mencerahkan akan tetapi lagi-lagi pendidikan bermuka dua. Sebab pendidikan formal hanya mengajari kita untuk mendapatkan materi atau harta sebanyak-banyaknya. Kesuksesan kita hanya di ukur dengan pekerjaan yang kita miliki dan harta yang kita miliki. Hal ini terkesan merendahkan akan tetapi ini lah yang terjadi dan pendidikan hanya rangkain narasi kesuksesan yang sulit terjangkau oleh rasio yang telah melampui maknanya untuk mencerahkan. Lagi-lagi pendidikan menimbulkan petaka khususnya di Indonesia mengakibatkan korupsi merajalela.
Dari tanda-tanda ini ruang-ruang suci ini telah ternodai oleh sebuah kekosongan pemaknaan. Manusia salalu diarahkan untuk melihat simbol dan wajah yang nampak. Terkadang orang yang keluar dari hal normatif dianggap adalah orang yang gila sebab dunia ini hanyalah sebuah fantasi dan angan-angan yang sulit  untuk di wujudkan. 
SAMPEAN
***