Ratapan manusia Songong
sesak oleh rasa perih menyaksikan manusia dalam tempurun dalam ruang-ruang kehidupan dimana
hasrat berselingkuh dengan kekuasaan yang telah terbangun di ruang-ruang suci
kemanusiaan. Kini intelektualitas telah tergadai oleh kepentingan politik
dimana para cendikiawan menukar idealismenya dengan supucuk kertas. Harapan pun
pupus di tangan para pemuda yang meniti karir di jalan-jalan yang berkoar dalam
suasana momen sebagai sumber penghasilan. Ku tatap disampingku tak ada harapan
untuk masa depan hanyalah binatang sadar yang tak sadar oleh kondisi, mereka
hanya bernostalgia dengan permadani zaman. aku kembali pada diriku ternyata aku
lebih hitam dari pada mereka dari
kekeringan jiwa yang tak sanggup ku raih hingga ku sandarkan diriku pada
kegelisahan. Untuk menguliti realitas
yang begitu kejam membentuk mental manusia kepada asalnya.
Hakikat dunia ini mengajariku sebuah kebohongan
dengan nalarku yang tak kunjung sampai pada sebuah hakikat kehidupan yang
sebenarnya. Karena semua yang ideal adalah utopia bahkan teori para teoritikus
hanyalah ilusi dari keidealannya dari ranah praksis. Karena teori hanyalah seperangkat gagasan
yang bergerak sesuai dengan kebinatangan manusia dan binatang yang
termanusiakan. Karena dunia ini
memelihara kemunafikan diatas fakta yang terus begerak menuju sebuah kehancuran
fisik. Hal ini kita tidak bisa pungkiri dari sebuah realitas konteks zaman saat
ini. Dimana manusia lepas dari unsur keilahiannya yang terkungkung perkembangan
modernitas dimana nalar kritis disimpang dalam kantongan produk. Karena indikator-indikator kebenaran yang sifatnya normatik dan abstrak
diganti dengan materi yang bisa diukur dengan angka-angka. Kita bisa buktikan
bahwa dunia saat ini telah menabung kemunafikan diatas fakta dengan melihat
indikator persepsi tanda sebagai berikut :
Pakaian dan aksesoris, orang-orang yang jujur adalah orang berpakaian rapih
dengan harga yang sangat mahal itulah pemabawa kebenaran walaupun hasil
rampasan sesamanya dengan dalih kepentingan bersama. Itulah yang terjadi
di birokrat-birokrat bangsa ini yang
selalu menuangkan janji-janji pada poci
masyarakat yang kosong. Dan menjadi tuan dari budak-budaknya karena
kebenaran bergantung kepadanya, masa depan budak ada di tangan tuan-tuang yang
berdasi dalam bingkisan kekuasaan. Orang-orang yang mempunyai harkat dan
kemuliaan ini dengan ukuran materilnya dia mengambil alih tugas-tugas Tuhannya
karena keropatan Tuhannya untuk membagi kesejahteraan walau cukup dengan janji
palsu yang telah menghangatkan orang-orang yang menghamba. Suratan takdir ada
di tangan mereka. Pemandangan ini bisa kita nikmati saat kita menjadi
budak-budak mereka. Keindahan pun kita rasakan dengan gulain tumpukan kesibukan
dari kantor. inilah cagar-cagar rekreatif di milleu kantor yang akan
dikunjungi. Tapi hal ini tidak terjadi secara holistik akan tetapi hanya
bersifat partikuler namun realitas ini bisa anda rasakan dengan
menganalisis sebuah realitas di lima
langkah di depan penulis dengan di sebuah beground di institusinya.
Dakwa adalah sebuah proses penyampaian nilai-nilai
kebenaran kepada khalayak atau publik untuk kemaslahatan umat. Penyampaian
dakwa selalu mengandung unsur-unsur
kebenaran nilai-nilai moril. Istilah dakwa adalah sebuah risalah kenabian untuk menyampaikan wahyu. Akan tetap istilah
dakwa sering kali disempitkan maknanya
menjadi orang-orang yang sedang berdiri di mimbar-mimbar ibadah untuk
mendapatkan pujian dari pesertanya. alih-alih
dakwa pun di plesetkan digunakan sebagai medium pembenaran terhadap sebuah
kekeliruan.
Ibadah merupakan kegiatan-kegiatan suci yang
dilakukan oleh ummat manusia untuk menjalin
komunikasi dengan Tuhannya demi kemaslahatan hambanya. Ibadah merupakan
aktivitas-aktivitas penyujian diri yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam merangkah menggugurkan tanggung jawab sebagai mahluk
ciptaan. Dari arti ini bahwa ibadah bermakna pada suatu kebaikan. Namun di
ruang-ruang sosial saat ini ibadah hanya sebagai ritual atau hanya sebagai hal
yang suci. Ibadah hanya sebatas aktivitas semata yang tak punya makna apa-apa
sebab ibadah mereka merupakan hanya dalam bentuk yang nampak atau ibadah tanda. Misalnya sebagai seorang
muslim kita dituntut untuk menggurkan tanggungjawab kita dengan mendirikan
shalat namun shalat kita hanya sebatas tanda
atau aktivitas biasa saja sebab shalat yang sering di lakukan hanya
sebatas kepentingan individu dan bukan karena yang lain. Selain itu banyak yang
shalat karena hanya untuk mendapatkan pujian.
Pendidikan saat ini memiliki tujuan yang mulia apalagi
dalam pendidikan formal. Pendidikan formal manusia memiliki tujuan yang sangat
mulia yaitu hanya untuk mencerahkan akan tetapi lagi-lagi pendidikan bermuka
dua. Sebab pendidikan formal hanya mengajari kita untuk mendapatkan materi atau
harta sebanyak-banyaknya. Kesuksesan kita hanya di ukur dengan pekerjaan yang
kita miliki dan harta yang kita miliki. Hal ini terkesan merendahkan akan
tetapi ini lah yang terjadi dan pendidikan hanya rangkain narasi kesuksesan
yang sulit terjangkau oleh rasio yang telah melampui maknanya untuk mencerahkan.
Lagi-lagi pendidikan menimbulkan petaka khususnya di Indonesia mengakibatkan
korupsi merajalela.
Dari tanda-tanda ini ruang-ruang suci ini telah
ternodai oleh sebuah kekosongan pemaknaan. Manusia salalu diarahkan untuk
melihat simbol dan wajah yang nampak. Terkadang orang yang keluar dari hal
normatif dianggap adalah orang yang gila sebab dunia ini hanyalah sebuah
fantasi dan angan-angan yang sulit untuk
di wujudkan.
SAMPEAN
***