Dua hari telah berlalu, menuai cerita baru menyusun kembali naskah
yang terburai oleh waktu. Lontaran-lontaran batin belum bisa lepas dari
kesunyian dan kesepian yang terus bersamaku, hakikat kebersamaan melingkupi
kedirian yang tak bisa lepas begitu saja. Kusesali aku tak mengabadikannya
dalam cerita dan sebuah catatan harian untukku.
Ahhh...tak usah disesali semuanya telah berlalu, kenanganmu adalah
kenanganmu, kenanganku adalah kenanganmu tapi kenanganmu adalah kenanganmku. Biarlah
hati ini bersajak di mana aku masih berkabung atas keteripisahan ini. Sungguh
unik perjalanan ini, aku ingat, pada apa yang tak bisa aku lupa, jalinan rasa
bersemai biarkan layu di makan waktu.
Dua hari ini ku berikan waktuku untuk berkabung merasakan apa yang
pernah aku rasakan, mengenang apa yang menjadi kenangan, menangis terhadap apa
yang perlu aku tangisi, merenung terhadap apa yang perlu aku renungkan. Sebab
dua bulan Merajuk cerita di negeri sana, tak cukup kertas untuk menuliskannya
dengan cerita yang detail, rangkaian kata-kata untuk melukiskannya tak cukup
karena keterbatasn imjinasiku. Setetes hasrat untuk merjauk cerita itu
kembali di tempat lain. Biarkan kenangan
bersama kalian ku simpang dalam catatanku, supaya kalian bisa bercerita kepada
orang lain tentangmu bersamaku.
Keresahan yang ku dapatkan, tak tau dimana untuk meluapkannya,
daripada aku harus berkabung sepanjang waktu biarkan aku mengabadikannya dalam
sebuah catatan, supaya aku bisa membacanya dan tersenyum mengingat kalian bahwa
kita pernah bersama. Demi waktu aku ingin melukismu dengan cerita.
Sejak kita terpisah, aku kembali kehidupanku yang telah usang dan
membosangkan itu, kembali ke kota metropolitan yang penuh sesak dengan bangkai
kebenaran. Aku ingin mengakhirinya.....secepatnya. tapi di kota ini lah aku
mengenang kalian dalam sebuah catatan, aku menemukan arti kesendirian, arti
kebersamaan, arti kesunyian, arti persaudaraan tanpa ikatan keluarga, arti
persahabatan, keikhlasan. Semuanya begitu berarti dalam hidupku atas kedirian
yang ku miliki.
Jalan ini menuntunku untuk menemukan hal baru dalam hidupku, dalam
semaian cerita kita tentang arti sebuah keterpisahan yang pernah kita bingkai
dalam kebersamaan. Lepas langkah ini ingin memulai dengan gemulai hari
perpisahan yang menyatukan semuanya dengan sebuah kenangan. Romatisnya hari itu
pada tanggal 23 April 2013, air mata bercucuran merangkai kata perpisahan,
salam berpelukan, salam-salaman kepada warga, pertanda kepergian kita dari bumi
Soppeng, kecamatan Ganra dan desa Ganra.
Pertemuanku kepada sosok gadis yang mengubah sebuah sisi kehidupanku
yang unik, Dia mengubahnya kepada kehidupan yang tak biasa. Dia mengalihkan
duniaku yang tak lazim. Di mana dunia yang aku benci hal seperti itu, tapi aku luluh di ruang ini. Ini menjadi soft teraphy bagiku. Aku tak boleh
menyimpangnya dalam lubuk hati ini, karena aku mesti melankah jauh. Tapi yang
membuatku merasakan kepedihan ketika aku menatap mobil bus parkir di depan
Posko KKN reguler yang telah siap untuk menjemputku, ku tatap mata satu persatu
menandakan kepiluan dan kerisauan di mata teman-temanku, begitupun dengan ibu
posko air mata bercucurun mengantar kepergian kami, Tegar Adik yang tersayang
tak tenang untuk menahan air matanya mengantarkan kepergian kami. Inilah hiasan
perpisahan.. kami pada hari itu. [sampean]
Makassar, 25
April 2014
0 komentar:
Posting Komentar