Sabtu, 22 November 2014

,

JOKOWI BLUSUKAN LAGI


Jokowi Blusukan lagi 

Pro dan kontra gaya kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) masih berlanjut. Gaya blusukan Jokowi mendapat respons positif dan negatif dari masyarakat. Dengan gaya blusukan Jokowi beberapa masyarakat  memandangnya sinis. Banyak yang menganggap bahwa gaya blusukan yang ditampakkan Jokowi hanya sebentuk pencitraan. Tanggapan sinis yang ditujukan kepada Jokowi justru tidak menghentikan gaya kepemimpinannya. Sebab, dengan gaya blusukan yang ditonjolkan Jokowi ternyata menuai hasil. Keberhasilan itu dapat dilihat selama memimpin kota Solo sebagai walikota.
Langkah yang ditempuh oleh Jokowi semasa memimpin kota Solo dipertahankan di saat memimpin kota Jakarta sebagai gubernur. Dengan gaya blusukan yang dilakukan Jokowi, persoalan masyarakat mudah terurai. Salah satu bukti keberhasilan Jokowi dalam memimpin kota Solo yaitu pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) dari wilayah sumber pendapatan PKL ke tempat yang asing bagi Masyarakat Solo. Langkah yang sama dilakukan saat memimpin kota Jakarta. Jokowi melakukan relokasi pasar tanah Abang yang begitu berantakan. selain itu, pasar Tanah Abang dikendalikan oleh beberapa tangan preman. Melihat kondisi tersebut, sulit rasanya untuk melakukan relokasi. Tetapi, dengan gaya blusukan Jokowi persoalan tanah abang lebih mudah terurai. Buktinya, penghuni pasar tanah abang sepakat untuk dipindahkan ke lokasi yang baru.
Dengan Berbagai keberhasilan yang telah dicapai. Gaya blusukan Jokowi membuka mata internasional dalam menangani persoalan kemasyarakatan. Kesangsian internasional tidak datang begitu saja. Tapi, Gaya blusukan Jokowi turut dirasakan oleh Duta Besar (DUBES) Amerika Serikat dengan bersama-sama melakukan blusukan. Dia mengatakan bahwa gaya kepemimpinan Jokowi tidak ada duanya dalam menangani persoalan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan Jokowi kepada masyarakat seolah tidak membangun jarak sebagai seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang ditujukan sangat merakyat dengan berbaur dengan masyarakat. gaya kepemimpinan Jokowi turut menginspirasi beberapa CEO perusahaan. Sebagaimana yang dibahasakan oleh Prof. DR. Rhenald Kasali bahwa setahun belakangan ini banyak CEO yang memberi instruksi agar para manajer tidak asyik memimpin dari balik mejanya saja. Hal ini dilakukan karena terinspirasi dari pemberitaan Jokowi.
Gaya blusukan Jokowi tidak hanya berhenti di saat memimpin kota Solo dan Jakarta. tapi, blusukan Jokowi terus berlanjut setelah menjadi Presiden. Pasca pelantikan Jokowi-Jk jadi sebagai presiden dan wakil Presiden, Jokowi tetap melakukan blusukan di berbagai provinsi hingga sampai ke kabupaten kota. Seperti yang telah dilakukan baru-baru ini, Jokowi-Jk mengunjungi korban letusan Gunung Sinabung di Sumatra Barat. kedatangan Jokowi membawa angin segar kepada para korban letusan Gunung Sinabung. Sebab, persoalan yang dihadapi para Korban dapat terurai dengan cepat. Selama ini, korban gunung sulit mendapat akses jalur transportasi akhirnya dengan kedatangan Jokowi semuanya teratasi kurang lebih tiga puluh menit. Setelah itu menjadi tanggung jawab pemerintah setempat. Tidak berhenti sampai di situ, Jokowi-JK mengunjungi Sulawesi Selatan dan Sulawesi barat.
Kedatangan Jokowi-JK ke Sulawesi Selatan untuk melihat potensi pangan di kawasan di Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan Jokowi melakukan lawatan ke Sidenreng Rappang (Sidrap) untuk meletakkan Batu Pertama pembangunan saluran irigasi. Selain itu, Jokowi akan berkunjung ke Pinrang sebagai daerah tetangga dengan Sidrap untuk meninjau areal persawahan. Semoga dengan kunjungan tersebut dapat menjadi referensi dan data yang akurat untuk menyusung rancangan program kerja. Harapan kunjungan tersbut dapat mengembangkan tata kelola pertanian. Sehingga hasil pertanian semakin meningkat dengan perbaikan infrastruktur dan daya dukung teknologi dalam mengelola pangan.
Gaya blusukan Jokowi berasaskan kebutuhan, kemanfaatan dan tepat sasaran dalam menangani persoalan masyarakat. asas-asas tersebut tercapai secara maksimal ketika seorang pemimpin terjun langsung ke persoalan yang dihadapi oleh masyarakatnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Jokowi. Jokowi turun langsung menjemput aspirasi masyarakat dengan memberikan solusi yang tepat terhadap persoalan yang dihadapi masyarakatnya. Dengan turun ke bawah, Jokowi turut merasakan masalah yang kompleks dihadapi oleh masyarakat. Sehingga antara masyarakat dan pemimpinnya tidak memiliki penjarakan. Seperti yang diungkapkan Michel Foucoult bahwa pemerintah bukanlah sesuatu yang bersifat teritorial dengan kompleksitas persoalan yang dihadapi manusia, mestinya pemerintah mengambil peran dalam menghadapi kompleksitas tersebut. Presiden Jokowi melakukan itu dengan blusukan lagi karena dianggap efektif menyelesaikan persoalan masyarakat.
Jadi, tidak aneh rasanya ketika presiden Jokowi menginstruksikan kepada kabinetnya untuk melakukan turun ke bawah untuk mencari akar persoalan ke masyarakat. hal yang serupa diungkapkan oleh seorang sosiologi Prancis bernama Pierre Bourdieu bahwa Untuk memahami masalah antar individu atau menjelaskan fenomena sosial, kata Bourdieu, tidak cukup dengan melihat apa yang sedang terjadi. Suatu keniscayaan untuk memeriksa ruang sosial di mana interaksi, transaksi, masalah dan peristiwa itu terjadi. Jadi, langkah yang dilakukan oleh Jokowi-JK dan kabinetnya merupakan langkah yang tepat dalam menghadapi persoalan masyarakat yang kompleks. Dan kritikan yang ditujukan kepada Jokowi-Jk akan runtuh dengan sendirinya dengan sebuah pembuktian. Hal ini senada dengan ungkapan Jokowi bahwa pencitraan akan muncul, jika pemimpinnya mau bekerja keras [*]
Oleh "S"

0 komentar: