Perhelatan sepak bola memiliki
tingkatan-tingkatan tertentu dengan berbagai macam Turnamen dan pertandingan sesuai dengan peraturan FIFA. Kompitisi sepak bola secara
umum memiliki dua bentuk yaitu pertandingan berdasarkan klup dan Negara. Akan
tetapi, perhelatan yang paling menyedot perhatian
publik adalah Perhelatan Piala Dunia, EURO, dan Liga Champions dan Pertandingan
dalam antar Regional.
Tapi satu hal yang tidak bisa di
nafikan dalam sepak bola adalah para penonton sebagai pemain kedua dari sepak
Bola. Sebab, Sepak Bola sangat di tentukan oleh Eksistensi dari para penonton
dan penggemarnya. Para penonton juga turut menentukan atas suksesnya sebuah
pertandingan selain itu penonton menambah spirit para gladiator lapangan
semakin bertambah karena para penonton memberikan nilai lebih terhadap pemain.
Walaupun demikian, para penonton dengan kata lain para penggemar bola sering
terjebak pada sebuah fanatisme terhadap klub atau negara tertentu sehingga bisa
menjadi pemantik sebuah konflik sebab sulit menerima kekalahan dan rasis
terhadap pemain lawan. Namun satu hal juga tidak bisa di pungkiri adalah Sepak
bola menjadi sebuah alat pemersatu dan semangat patriotisme untuk menjalin
silaturahmi antar penggemar yang memicu hubungan persahabatan dan kekeluargaan.
Untuk menyaksikan sebuah
pertandingan sepak bola memiliki dua macam tipologi yaitu menonton secara
langsung di stadion dan menyaksikan pertandingan lewat siarang langsung di
stasiun TV. Di ruang-ruang seperti ini menciptakan ruang relasional yang pasif
dan kesemuan identitas. Sebab dalam menyaksikan sebuah perhelatan pertandingan
secara langsung kita hanya di arahkan pada suatu tujuan menyaksikan klub idola
kita saat bertanding untuk meratapi kebahagiaan dan kesedihan yang terjadi di
lapangan.
Ruang relasional itu hanya bersifat
temporal. Tapi satu hal yang paling menyedot perhatian. Masyarakat berlomba-lomba untuk menyaksikan sebuah
pertandingan dengan berbagai cara pertama,
nonton bareng bersama keluarga, teman dan lain-lain di rumah sendiri, kedua, nonton bareng di tempat-tempat
tertentu. Realitas seperti ini mengundang sebuah tanda tanya dari setiap
kerumunan nonton bareng sepak bola sebab apakah mereka bagian dari di tim itu
atau mereka sesuatu yang berjarak antara tim sepak bola dan penggemarnya yang
tidak memiliki keterkaitan apa-apa terhadap tim itu. Selain itu simbolitas
identitas sangat mewarnai sebuah perhelatan dengan menyusaikan karakteristik
sebuah tim idola. Hal itu bisa kita saksikan pada perhelatan Euro 2012 saat ini
dan pertandingan-pertandingan sepak bola yang lain sebuah penciptaan ruang
sosial yang unik.
Para pencinta bola bisa di
kategorikan dengan berbagai modeling yaitu,
pertama, penikmat bola yang
berprofesi sebagai pemain Bola. Sebab olaharaga sepak bola sudah menjadi
hobinya. Kedua pemain pasif yang
hanya sebagi penonton saja akan tetapi tidak suka dengan permainan bola.
Sebagian besar tipologi ini hanya ingin menikmati pemain idolanya, dan
sekaligus hanya melepaskan kejenuhan dalam beraktivitas.
Pemain pasif ini bisa di kategorikan menjadi dua yaitu penonton fanatik dan dan
penonton pasif.
Penonton
fanatik yaitu para penontong sepak bola menjadi
penggemar aktif pada suatu tim tertentu yang selalu mengikuti kegiatan-kegiatan
timnya baik dalam berlaga di lapangan maupun acara amalan yang dilaksanakan
oleh tim, kemana-mana tim dia pasti ada. Atau istilah yang paling sering
lengket pada tipologi ini adalah fans.
Namun, ada yang perlu di ingat bahwa Fans
bukan hanya yang bisa seperti diatas akan tetapi ada fans yang mengorganisasikan dirinya untuk manjadi bagian dari tim
itu yang memiliki jarak yang tidak memiliki akses ke Fans induk. Seperti Fans Manchester
United yan ada di Indonesia dan
aktivitasnya hampir sama dengan penonton pasif. Penonton pasif seperti yang di jelaskan pada paragraf sebelumnya
hanya menyaksikan lewat stasiun TV untuk menyaksikan tim andalannya bertanding
atau menyaksikan lewat nonton bareng atau nontong sendiri-sendiri.
Ketiga,
penonton sunda gurau atau penonton yang hanya hanya turut meramaikan. Tipologi
penonton sebenarnya tidak suka dengan bola akan tetapi melihat teman-temannya
seru-seruan untuk menyaksikan pertandingan bola makanya di ikut nangkring
disitu.
Ruang Kontekstual
Untuk mengamati ruang-ruang sosial
yang terjadi dalam perhelatan sepak bola bisa kita lihat Euforia perhelatan
sepak Bola EURO 2012 yang di laksanakan di Ukraina-Polandia yang sangat
spektakuler. Fenomena sosial yang
terjadi di ruang sosial tersebut sangat menarik untuk kita amati dalam bingkai
sebuah kajian sosiologi. Hal yang paling fenomenal dalam setiap perhelatan
sepak bola adalah para penontongnya. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa
para penonton memiliki berbagai macam tipologi yang selalu menciptakan
bentuk-bentuk kerumunan.
Pesta EURO tahun 2012 di saksikan
oleh hampir seluruh belahan dunia dengan barbagai macam cara. Demi menyaksikan
piala EURO,
masyarakat rela
merogoh kucek dalam-dalam untuk menyaksikan tim andalannya untuk bertanding di
lapangan. Akan tetapi, masyarakat yang tak mampu menyaksikan secara langsung
harus rela menyaksikan tim idolanya bertanding lewat stasiun TV. Terkhusus
untuk negeri ini
Indonesia hanya bisa menyaksikan
tim kesukaannya hanya lewat stasiun TV. Tapi, semarak untuk menyaksikan piala
EURO tidak kalah menariknya nontong langsung di lapangan. Perhelatan EURO membuat
masyarakat menjadi deman sepak bola sebab, hampir semua kalangan ikut
menyaksikan pertandingan tim idolanya dengan mengorbankan agenda yang lebih
penting, misalkan di Jakarta Pelaksanaan
Ujian SNMPTN banyak yang terlambat pergi ujian Sebab nonton piala EURO,
di Makassar rela tidak pergi Kuliah demi menyaksikan Piala EURO dan Piala EURO
menjadi ajang Kampanye untuk pemilihan Gebernur di Sulawesi Selatan. Tapi, yang
lebih menarik adalah ajang EURO menjadi tempat mengadu nasib terhadap tim
kesayangannya.
Perhelatan EURO 2012 menampilkan pemandangan
yang khas pada pukul 12.00 WITA sampai Pukul 04.45 WITA di kota Makassar yang
tidak seperti Biasanya. Warna malam menjadi Ceria di tempat-tempat Umum dengan
Nontong Bareng seperti Kafe, Warkop, Rumah makan, sekretariat Organisasi, di
Pinggir Jalan dan Rumah Kost karena menjadi ajang tempat berkumpul dengan
tujuan yang sama yaitu nonton Bola. Aktivitas ini memberikan sebuah suntikan
akan adanya sebuah persatuan yang belum terurai menjadi kesatuan aktif.
Kenyataan dalam kerumunan ini
memberikan sebuah histeria saat nonton bersama atau istilah lainnya di kenal
nonton bareng karena dalam situasi ini kita leluasa untuk berteriak dan
memberikan motivasi dan menyemangati tim
yang sedang bertanding walaupun mereka tidak mengetahuinya. Selain itu dalam
menyaksikan pertandingan sepak Bola EURO
2012 menjadi ajang refressing
dan wisata emosional untuk melepaskan beban kerja dan masalah-masalah pribadi
yang lain karena dalam menonton bareng ada sebuah kebebasan untuk melakukan
teriakan-teriakan histeria dan terkadang terjadi anarki prilaku dengan
mengekspresikan kekalahannya atau kemenangannya yang berlebihan. Situasi ini
hanya memiliki masa inkunbasi selama satu bulan. Pemandangan ini akan berlanjut
pada pada event yang lain dalam waktu
dekat akan berlangsung event sama di Inggris yaitu perhelatan Olimpiade.
Kerumunan (crowd)
Perkembangan masyarakat yang begitu
kompleks dengan berbagai bentuk interaksi yang membentuk sebuah tatanam sosial
yang memiliki ciri dan pola kehidupan yang berbeda. Kendati demikian bahwa
kehadiran kelompok-kelompok sosial tidak bisa di hindari dalam kehidupan
bermasyarakat. Kelompok masyarakat bersifat sementara, permanen, terorganisasi
sesusai dengan konsensus dan kepentingan yang terajuk pada setiap individu.
Kelompok sosial yang cenderung
terkonstruk terhadap minat yang sama untuk membentuk sebuah ikatan yang
emosional. Kelompok ini sering disebut sebagai kerumunan (Crowd). Kerumunan sering terjadi pada suatu tempat tertentu yang
memiliki pola tertentu dengan manampilkan sebuah ciri khas dan identitas
tertentu bersifat kebetulan yang melahirkan sebuah hubungan yang interaksi
dengan perasaan emosional yang sama terhadap sebuah identitas.
Karakteristik dari sebuah kerumunan
adalah pola kelompok sosial hanya memiliki rentang waktu yang sangat singkat,
sebab keberadaan kerumunan di tentukan oleh eksistensi individu yang sedang
berkumpul. Selain itu kerumunan tidak memiliki struktur kepemimpinan atau
struktur organisasi yang jelas. Kedudukan individu dalam kelompok sosial ini
sama sebab dalam tidak ada sistem pelapisan dalam masyarakat.
Hal ini berwastata dengan Mayor
Polak adalah karena adanya minat, hasrat, atau kepetingan bersama dan diantara
para anggotanya berkembang sebuah pengaruh dan seperti timbal balik yang
kadang-kadang kuat tetapi tidak kekal serta tidak rasional.
Berdasarkan pendefinisiannya ini
Mayor Polak membagi Dua jenis kerumunan yaitu pertama, kerumunan yang aktif adalah kerumunan yang timbulnya
secara spontan, emosional dan impulsif sebab tidak ada aturan yang mengikat
maka dalam kerumunan ini cenderung bersifat destruktif sebab individu dalam
kerumunan ini memiliki kebebasan melakukan ekspresi baik itu jengkel maupun
rasa bahagia.
Kedua,
kerumunan ekspresif adalah kerumunan yang tidak mengenal pusat perhatian maupun
tujuan yang sama melainkan hanya mengenal emosi saja tanpa tujuan tertentu.
Sifat kerumunan ini tidak bersifat merusak akan tetapi hanya melepaskan sebuah
ketengangan dan emosi saja. Seperti menangis dan berteriak. Tapi kerumunan ini
bisa bisa berubah menjadi kerumunan aktif.
Berangkat dari spektrum realitas
sosial saat ini bahwa bentuk kerumunan mulai bergeser pada sebuah bentuk yang
bersifat terorganisir menonjolkan sebuah identitas dengan berbagai macam
pernak-pernik kelompoknya. Sebab,
kelompok sosial ini menaruh sebuah perhatian khusus pada minat tertentu dengan
rasa simpati dan antipati terhadap kelompok lain. Kerisuan dan kebahagiaan
mulai di rasakan bersama dengan berbagai macam
ekspresi dan perilaku di perlihatkan oleh kelompok itu.
Sebuah pemandangan yang bisa di
lihat pada kerumunan suportor Bola yang mulai mengornisir diri pada suatu minat
yang sama menciptakan sikap fanatisme terhadap
sebuah tim tertentu sehingga menciptakan kekacuan yang terorganisir
walapaun dalam pemandangan kita bahwa tawuran yang sering kita saksikan itu kekacauan
yang sporadis akan sebenarnya kekacauan itu bersifat sistematis dan telah
terencanakan sebelumnya. Sebab ada ikatan yang solidaritas yang telah terbangun
di kelompok suporter itu.
Integrasi
Prematur
Integrasi yang sering kita artikan
sebagai sebuah kesatuan yang utuh atas pndangan dunia yang sama. Integrasi
terbangun oleh sebuah konsensus dalam menciptakan sebuah kelompok yang di
warnai oleh berbagai macam identitas di dalamnya atau sebuah ketunggalan
identitas dalam melaksanakan peran-peran sosial. Dalam terjemahan sosial
pengunaan kata integrasi selalu bergandengan tangan dengan konflik karena akhir
dari sebuah konflik adalah integrasi dengan alasan bahwa orang yang merasa
kalah dalam persaingan atau peperangan harus melunturkan identitasnya untuk
bergabung ke identitas yang lain di anggap superior. Selain itu, integrasi
sosial bisa di artikan sebagai penerimaan anggota lain ke dalam suatu kelompok
tertentu.
Di spacial (Ruang) kontestual
kita diperkenalkan pada realitas tentang
kumpulan manusia yang terbentuk secara spontan atau suatu bentuk kerumunan
dengan pola tertentu yang mencerminkan sebuah identitas. Di ruang kontekstual itu di
cerminkan oleh sebuah suporter, penonton, dan penggemar bola. Dengan kenyataan
bahwa sepak bola menciptakan ruang tersendiri di ruang sosial tentang sebuah
kerumunan yang terjadi seperti gelembung manusia yang manghadiri stadion untuk
menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola dan antusias para penontong di luar
stadion untuk menyaksikan pertandingan Bola dengan berbagai macam cara dengan
mengekspresikan dirinya dengan nontong bareng atau nonton bersama.
Para kelompok penggemar bola ini
diarahkan pada satu tujuan yang sama, minat yang sama, identitas yang sama
yaitu kelompok suporter bola yang berkumpul di stadion untuk menjalin sebuah
hubungan integrasi akan tetapi dalam kelompok
tersebut ada warna yang tergambar dari masing-masing kubu. Mereka
masing-masing menyaksikan timnya beradu dalam lapangan untuk mencari sebuah
kemangan. Dari pesona itu bahwa bahwa ada kenampakan yang terlihat untuk
mengintegrasikan dirinya dengan yang lain dengan orientasi yang sama sebagai
penikmat bola. Begitupun yang di luar stadion atau tempat-tempat lain bahwa
penggemar bola mengingtegrasikan dirinya untuk nonton bersama untuk menyaksikan
pertandingan tim idolanya di lapangan dengan membawa antribut-atributnya
timnya.
Bentuk kerumunan ini memiliki sifat yang pasif
karena hanya bersifat sementara dengan aktivitas yang cenderung menolitik. Penggambaran
ini mencerminkan sebuah integrasi prematur yang terjadi dalam masyarakat karena
pembauran yang terjadi bersifat sementara dan bisa berubah menjadi sebuah
kerumunan yang aktif dengan kenampakan-kenampakan anarkistis. Kelompok ini
luput dari sebuah perhatian khusus oleh pemerintah bagaimana peran suporter
bola dalam mengintegrasikan diri berbagai macam identitas dalam sebuah naungan
sepak bola. Sepak Bola memiliki peran yang vital terhadap berbagai macam
problem sosial yang terjadi dalam masyarakat yaitu konflik suku, konflik antar
beragama dan lain-lain sepak bola bisa mengintegrasikan semua itu mempertemukan
sebuah event yang sama yaitu
pertandingan sepak bola. Sepak bola pernah menjadi alat pemersatu dunia saat
gejolak peran dunia.
Akan tetapi, berbeda dengan
Indonesia Sepak Bola menjadi ajang perpecahan di atas kepentingan elit sehingga
menjadi dualisme kepentingan yang harus melahirkan konflik-konflik sosial baik
baik secara vertikal yaitu kepentingan para pejabat maupun secara horisontal
yaitu konflik antar pemain dan konflik para suporter karena menciptakan sebuah
dualitas kepentingan. Sehingga kondisi TIM nasional di Negeri ini menjadi salah
urus dan mengorbankan emas yang tertanam pada generasi pemuda bangsa ini karena
mereka telah terabaikan oleh dualitas kepentingan tersebut.
sehingga apa yang
terjadi saudara-saudara sekalian di Indonesia sepak bola merupakan ajang
keretakan solidaritas di atas melambungkannya penggemar bola di indonesia yang
seharusnya memberikan sebuah spirit untuk memajukan persepakbolaan di Indonesia
akan tetapi yang terjadi adalah malah sebaliknya. Mungkin inilah realitas yang
terjadi di negeri ini, bahwa Sepak bola menjadi Mirror kerumunan integrasi
prematur.****
sampean
Makassar, 2012
0 komentar:
Posting Komentar