Oleh ''S"
Selama
tahun 2014 banyak peristiwa atau kejadian yang menelang korban jiwa. Para
korban tersebut tidak pernah berharap meninggal dalam bentuk yang tragis.
Setiap manusia mengharapkan penghormatan di akhir hayatnya. Kematian adalah
sebuah pilihan ketika kematian itu kita kehendaki dengan ragam persiapan. Tak
ayal kematian datang menjemput secara tiba-tiba, tidak ada pilihan untuk
menghindar dan pasti akan datang. Sejenak kita melihat tayangan media begitu
mudahnya nyawa melayang di rampas dengan mesin penghanjur, tidak sekian
detik ratusan orang telah mengelinding
di atas tanah. Lihatlah, gempuran israel terhadap palestina yang menelang
korban jiwa sebesar 2.200 warga dan yang terluka 9.861 warga. Di tempat yang
berbeda serangan rusia terhadap ukraina menelan korban jiwa di kalangan rakyat
sipil sebanyak 15 orang. Sementara korban penembakan pesawat malaysia MH17 di ukraina menelan korban jiwa
298 orang. Pada tanggal 8 maret 2014 peristiwa buruk menimpah malaysia dengan
jatuhnya pesawat MH370 korban yang tewas sekitar 239 orang. Sedangkan di suria
korban jiwa akibat perang saudara sebanyak
162.402 dari tahun 2011-2014. Sedangkan, di Llibya jumlah korban yang tewas
sekitar 70 orang akibat penggulingan Mmuamar Khadafi. Di tahun 2014 ini banyak
sekali peristiwa telah menelan korban akibat perang dan kekuatan canggih.
korban-korban ini hanya sebagian terkecil dari pekembangan teknologi canggih
yang diciptakan oleh manusia.
Kematian
massal yang terjadi di dunia bukan hanya akibat perang, tetapi banyak muncul
virus-virus yang mematikan yang menyebar di dunia. Dunia pernah di kagetkan
dengan virus SAR, virus flu burung, virus ebola. Kematian yang diakibatkan oleh
penyebaran virus ini telah banyak menelan korban jiwa. Dari beberapa bulan ini
saja di tahun 2014 virus ebolah telah
merenggut nyawa 1229 orang di afrika barat. Angka kematian akan terus meningkat
ketika belum di temukan cara untuk melumpuhkan virus tersebut. Pembunuhan
massal tersebut cukup efektif untuk mengurangi jumlah penduduk dunia yang sudah
terlampau berhimpit. Dari berbagai penyebaran virus melalui makanan, minuman
dan sentuhan badan dengan penderita. Persebaran virus seolah menjadi sebuah
faktor kesengajaan untuk melakukan persebaran virus dengan menciptakan senajata
biologis dan senjata kimia. Jika hal demikian betul-betul terjadi berarti ada yang menghendakinya untuk
mengontrol lonjakan penduduk. Sebagaimana teori yang dicetuskan oleh Robert
Maltus membunuh lebih awal untuk mengantisipasi jumlah ledakan penduduk. Akan
tetapi, penyelewengan pemanfaatan virus bukan hanya digunakan untuk mengontrol
jumlah penduduk, akan tetap kerap digunakan untuk melanggengkan kekuasaan.
Dibalik
pengembangan teknologi dan pengetahuan yang hendak disemakkan adalah tirani dan
kekuasaan. Di dunia saat negara-negara super power dan negara menengah akan
terus mengembangkan senjata pemusnah massal yang ampuh untuk menyambut perang
antar benua. Negara-negara di dunia saat ini berlomba menciptakan rudal yang
punya jangkaun ribuan kilometer dangan berbagai kecanggihannya. Selain itu,
kekuatan senjata nuklir terus
dikembangkan oleh setiap negara adidaya. Pengembangan tersebut dipersiapkan
untuk menjaga dan mempertahakan teritorial dan melakukan ekspansi terhadap
negara-negara yang tergolong lemah.
Alat-alat
tersebut akan digunakan dalam perang sebagai bentuk untuk melegalkan kekerasan
dan pembantaian. Sebagaimana yang terjadi di di palestina. Kematian massal
menjadi sebuah keharusan akibat teknologi perang. Peperangan tersebut merupakan
tindakan rasional sebab hal tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan
rasional setiap para aktor perang. Korban jiwa pasti akan sulit untuk
dihindari. Kehilangan nyawa di dunia ini begitu mudah, dengan adanya senjata
pemusnah massal, kematian dengan mudah di produksi dengan teknologi canggih. penghilangan nyawa
manusia merupakan sesuatu yang wajar demi kekuasaan, prestise, dan menyalurkan
hasrat kebinatangannya dalam anologi perang. Tidak tanggung-tanggung PBB
membuat regulasi perang sebagai wujud legalitas perang, seharusnya PBB harus
bersikap tegas untuk meghapus perang di dunia ini dan mengatakan tidak pada perang.
Akan tetapi, yang terjadi justru PBB gelap mata melihat peperangan dengan cara
membiarkan pembantaian yang terjadi
Kematian sudah menjadi
suatu hal yang pasti. Kematian tidak perlu di produksi dengan menciptakan alat
pemusnah massal. Apa daya, penguasa adalah seorang tiran yang menghendaki
demikian, mayat aadalah sebuah tontonan sadistis. Penampakan sadistis menjadi
wujud penguasa yang tiran. Hendak kah kita akan berbuat yang sama !
0 komentar:
Posting Komentar